Mohon tunggu...
Nur Widiyanto
Nur Widiyanto Mohon Tunggu... Freelancer - Masyarakat Indonesia

Masyarakat yang berharap Indonesia lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Memperkenalkan Budaya Indonesia Melalui Permainan Tradisional

11 Oktober 2019   16:20 Diperbarui: 14 Oktober 2019   16:38 934
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam gelaran kebudayaan dengan tajuk Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) 2019 di Istora Senayan Jakarta, salah satu yang menarik pengunjung adalah perlombaan permainan tradisional. Permainan tradisional saat ini banyak dilupakan generasi muda, kalah bersaing dengan permainan dunia maya yang dimainkan di gawai dengan teknologi canggih.

Di ajang PKN yang berlangsung tanggal 7 hingga 13 Oktober 2019 tersebut, dimainkan sejumlah permainan tradisonal seperti egrang, gobak sodor, lari balok, bakiak, gasing, dan lain-lain. Masyarakat yang memainkan permainan tersebut juga tampak antusias.

Acara perlombaan permainan tradisional dibuka oleh Sekretaris Jenderal Kemendikbud, Didik Suhardi. Didik menyampaikan bahwa perlombaan permainan tradisional adalah salah satu upaya untuk melestarikan kebudayaan Indonesia. "Pekan Kebudayaan Nasional merupakan upaya melestarikan kebudayaan bangsa. Indonesia merupakan negara adidaya budaya sebab banyak sekali budaya di Indonesia," ujar Didik Suhardi.

Manfaat Permainan Tradisional

Saya sebagai generasi yang tumbuh bersama permainan tradisional merasakan banyak manfaat dari memainkan permainan ini. Sejumlah pakar tumbuh kembang anak mengatakan manfaat dari permainan tradisional untuk anak-anak antara lain meningkatkan kreativitas, melatih komunikasi dengan teman sebaya, melatih sportivitas, dan bekerja sama. Selain itu, setiap permainan tradisional juga memiliki kearifan masyarakat Indonesia.

Banyak permainan tradisional yang menuntut kerja sama kelompok, misalnya gobak sodor. Pemain yang satu dengan lainnya harus bekerja sama dan tidak perlu menonjolkan aksi individu. Permainan yang lain banyak yang mengajarkan kejujuran, contohnya congklak. Ketika memainkan congklak, pemain diuji kejujurannya, karena peluang untuk melakukan kecurangan selalu terbuka.

Ditinjau dari aspek fisik, memainkan permainan tradisional juga menguntungkan. Dengan permainan-permainan ini, kita dipaksa bergerak, berlari, melompat, di saat bersamaan kita juga tertawa, berteriak. Aktivitas yang menyehatkan jiwa dan raga. Hal ini jelas menyehatkan dibandingkan bermain berjam-jam dengan gawai di tangan.

Sayangnya generasi muda kita, terutama di daerah perkotaan, sedikit yang mengenal aneka permainan tradisional. Karena sedikit yang mengenal, tentu saja sedikit pula yang memainkannya.

Kita tentu sepakat bahwa mengenalkan kembali permainan tradisional kepada generasi muda sangat penting. Dan bukan hanya tugas pemerintah untuk mengenalkan permainan tradisional, namun tugas kita semua.

Saya kira, merupakan langkah bijak jika pada pelajaran Olahraga dan Kesegaran Jasmani di sekolah diperkenalkan permainan tradisional. Guru bisa mengajak anak-anak memainkannya secara berkelompok. 

Mengenalkan permainan tradisional bisa juga dimulai dari keluarga. Permainan seperti petak umpet ataupun congklak bisa dimainkan di dalam rumah. Di lingkungan rumah, memainkan permainan tradisional antara orang tua dan anak-anaknya juga bisa meningkatkan keharmonisan di rumah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun