Mohon tunggu...
Nur Widiyanto
Nur Widiyanto Mohon Tunggu... Freelancer - Masyarakat Indonesia

Masyarakat yang berharap Indonesia lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dilema Mudik

15 Agustus 2011   02:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:46 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Lebaran tahun ini mudik ga?", "Ntar mudik naik apa ya?" Pertanyaan-pertanyaan tersebut tiap tahun berulang di benak sebagian besar warga kita, termasuk Saya. Dilema mudik, begitulah kira-kira yang terbayang di benak kita. Di satu sisi berkumpul dengan keluarga di kampung pada hari lebaran adalah sesuatu yang sangat menyenangkan, di sisi lain biaya dan tenaga yang dikeluarkan juga sangat besar.

Berburu Tiket Kereta

Senin (15/8/2011) dini hari di Stasiun Pasar Senen puluhan orang telah memadati depan loket pemesanan tiket kereta lebaran. Saya memandang dengan kagum kesabaran mereka, menggelar koran, makan sahur di depan loket, tanpa terdengar keluh kesah dari bibir mereka. Sebagian dari mereka sudah bersiap di tempat tersebut sejak malam sebelumnya.

Saya pun segera membaur dengan mereka, ikut menggelar koran, duduk dengan sabar sambil beramah-tamah dengan beberapa teman senasib. Kebanyakan dari mereka akan pulang tanggal 25, 26, 27 Agustus menuju kota-kota di Jawa Tengah. Saya sendiri sudah menentukan pilihan, menuliskan di formulir pemesanan tiket: Kereta Sawunggalih Stasiun Pasar Senen - Kutoarjo, 26 Agustus 2011 Pukul 20.10.

Bagi pengantri di barisan depan ada optimisme bahwa mereka akan memperoleh tiket yang mereka harapkan, namun yang di barisan belakang termasuk Saya tersirat sedikit keraguan jangan-jangan setelah berjam-jam antri sampai di depan loket, tiket ludes.. malapetaka. Tapi sudahlah, yang akan terjadi biarlah terjadi, Saya menunggu giliran saja, dengan prinsip takkan lari tiket diburu.

Pukul 6.50 sejumlah petugas PT Kereta Api mengatur barisan yang sudah mengular mencapai 200an orang. 80 orang pertama diberi kesempatan perdana masuk ke ruang pemesanan tiket, Saya tidak termasuk di dalamnya. Pemburu tiket yang berhasil masuk pertama punya optimisme tinggi memperoleh tiket, sedangkan yang di luar harap-harap cemas sambil berdoa. Akhirnya giliran Saya datang juga yaitu kloter kedua, horee peluang terbuka lebar. Menjelang pukul 8 pagi tiket yang Saya harapkan berhasil dalam genggaman.

Lebaran yang Sakral

Begitulah, demi berkumpul bersama keluarga di hari Lebaran, sebagian besar warga kita rela mengeluarkan biaya besar dan sabar berjuang memburu tiket. Sebagian yang lain rela terjebak macet baik di bis ataupun kendaraan pribadi selama berjam-jam atau bahkan berhari-hari, menjelang Lebaran. Sebagian yang lain yang memeliki keuangan yang longgar, rela membayar tiket pesawat dengan harga yang menjulang. Kenikmatan berkumpul bersama keluarga di kampung pada hari Lebaran adalah sesuatu yang tak tergantikan. (wid)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun