Mohon tunggu...
Widhi
Widhi Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

There is will, there is way

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori Konstruksi Sosial dalam Aspek Pendidikan

10 Januari 2020   22:39 Diperbarui: 10 Januari 2020   22:49 2193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teori konstruksi sosial merupakan  teori sosiologi kontemporer yang digagas oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann. Konstruksi sosial adalah sebuah cara pandang yang melihat pengetahuan di masya rakat sebagai suatu  kenyataan yang hadir karena bentukan kebudayaan dan lingkungan sekitar. Konstruksi sosial di katakan memiliki kekuatan yaitu Pertama, peran sentral bahasa memberikan mekanisme konkret, dimana budaya mempengaruhi pikiran dan tingkah laku individu. Kedua, kontruksi sosial dapat  mewakili kompleksitas dalam  satu budaya tunggal, hal ini tidak mengasumsikan keseragaman. Ketiga, hal ini bersifat konsisten dengan  masyarakat dan waktu (Ngangi.:2011).

Dalam dunia pendidikan dapat ditemukan beberapa aspek yang terjadi karena adanya konstruksi sosial. Dunia pendidikan  adalah suatu  tempat yang berisi beberapa orang  yang selalu mengalami perubahan berdasarkan zamannya. Pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan, namun pendidikan juga merupakan bentuk proses pembudayaan. Pada dunia pendidikan  seakan dipacu untuk mengikuti apa yang terjadi di masyarakat. Pendidikan salah satu institusi yang berperan penting dalam  perubahan sosial. Grene mendefinisikan pendidikan dengan usaha manusia untuk menyiapkan dirinya menuju sebuah kehidupan yang bermakna. Pendidikan adalah suatu usaha untuk melestarikan dan mewariskan nilai-nilai kepada umat manusia sebagai penentu kehidupan kedepannya (Martono:2018).

Dalam pendidikan teori konstruksi sosial melihat bagaimana pembelajaran yang di dapatkan siswa dapat memberi pemahaman. Siswa dapat belajar melalui lingkungan, lalu merefleksikan pemahaman yang di dapatkannya. Konstruksi sosial melihat makna atau motivasi pelajar dalam menuntut ilmu adalah  karena pendidikan dimaknai sebagai modal eksistensi sosial, Pendidikan dimaknai  sebagai modal untuk memutus rantai kemiskinan, pendidikan dimaknai sebagai modal mencari pekerjaan dan pendidikan dimaknai sebagai warisan. Individu atau aktor seakan dikonstruk bahwa dengan melalui pendidikanlah mereka dapat mendapatkan hidup yang baik nantinya.

Teori konstruksi sosial melihat bahwa pendidikan di Indonesia mengadopsi dari kolonial (masa penjajahan). Pendidikan di Indonesia melalui 3 fase yaitu masa tradisional, masa kolonial dan masa kemerdekaan. Perlu diketahui bahwa pada masa tradisional pendidikan lebih kepada berbasis agama.Supriadi mengatakan materi pelajaran lebih ditekankan pada kemampuan untuk menulis, berhitung, dan membaca dalam bahasa Melayu yang menjadi bahasa perdagangan sehari-hari pada masa itu (Samrin:2015). Pada masa kolonial pendidikan di dirikan untuk kepentingan kolonial sendiri. Bangsa Belanda mendirikan sekolah untuk masyarakat Indonesia agar dapat mengisi jabatan-jabatan pemerintah, serta pemerintah merasa dengan adanya masyarakat yang terdidik pembangunan ekonomi di Belanda akan membaik. Muridnya di ambil dari anak-anak orang  yang terkemuka, serta gurunya adalah seorang pegawai keresidenan Eropa.
Pada 1942 Jepang berusaha menghilangkan  pengaruh Belanda dan menanamkan budaya Jepang. Menghapus sistem golongan yang ada  pada masa Belanda, sehingga semua masyarakat bisa bersekolah. Supriadi mengatakan Jepang dengan waktu  yang singkat mampu memberikan pengaruh yang besar bagi Indonesia. Pertama, nama-nama sekolah yang berbahasa Belanda diganti dengan nama sekolah Indonesia maupun Jepang, walaupun dilihat dari sistem penjenjangan dan  materi kurikulumnya relatif tetap, kecuali Bahasa Belanda. Kedua, bahasa Indonesia menjadi bahasa wajib atau pengantar di sekolah-sekolah. Ketiga, Kepala Sekolah yang semula disandang oleh orang-orang Belanda juga menjadi dijabat oleh guru Bangsa Indonesia yang dianggap senior di sekolah itu. Keempat, mengingat saat itu dalam suasana perang melawan Sekutu, para siswa dan guru hampir setiap hari menjalani latihan baris berbaris model tentara Jepang (Samrin:2015).
Banyak hal dipendidikan yang dikonstruk oleh Jepang yang sampai saat ini masih ada dan sangat kental di ranah  pendidikan seperti seragam sekolah  Para pelajar di Indonesia sangat identik dengan yang namanya seragam, tiap jenjang pendidikan memiliki corak seragam yang berbeda. Penggunaan seragam diterapkan  pada masa  penjajahan  Jepang. Pada masa itu seragam sekolah belum bercorak seperti sekarang, Jepang yang terkenal dengan nilai disiplin yang tinggi menerapkan nilai kedisiplinan dan militer kepada masyarakat Indonesia. Setelah Jepang angkat  kaki dari Indonesia, budaya seragam sekolah  masih diterapkan hingga sekarang karena sudah menjadi kebiasaan akhirnya pada masa pemerintahan Soeharto ditirunkan keputusan terkait seragam, serta penentuan corak pada seragam sekolah tiap jenjang pendidikannya.  Hal ini juga mungkin diharapkan agar individu didalam dunia pendidikan dapat menjadi pribadi yang disiplin.
Teori konstruksi sosial  juga melihat hadirnya kapitalisme pendidikan diakibat karena adanya perubahan  tatanan yang terjadi. Dunia pendidikan mengalami banyak perubahan  tatanan serta pergeseran formasi kelas sosial yang berlangsung, formasi sosial yang meluluhlantakkan struktur dan sistem sosial yang lama. Perubahan ini terbentuk karena adanya konstruksi dari tatanan global yang  juga mengalami perubahan yang besar. Komunisme diruntuhkan sehingga ide sosialisme seakan-akan basi dan kuno. Dunia dipaksa untuk tunduk pada demokrasi liberal.  Demokasi liberal memaksa semua negara untuk wajib mengadopsi sistem ekonomi liberal.
Ekonomi liberal membuat semua negara dipacu untuk membuka pasar dan mencabut semua subsidi untuk tujuan perlindungan ( Prasetyo:2004). Pasar yang hadir memacu semua negara untuk berkompetisi terus-menerus. Negara hadir sebagai penjamin ekonomi pasar, hal ini menjadi upaya untuk melakukan  kapitalisme kepada semua layanan publik termasuk pendidikan. Pendidikan yang dulunya sebagai tempat menimbah ilmu atau pencerahan sekarang menjadi institusi yang berorientasi pasar. Kapitalisme adalah ancaman terbesar dalam dunia pendidikan. Kapitalisme secara terminologi berarti suatu paham yang meyakini bahwa pemilik modal dapat melakukan usahanya dengan bebas untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya.

Pendidikan di Indonesia sejak tahun 1998 dianggap lebih mengarah kepada liberal-kapitalistik. Kebijakan terkait pendidikan yang hadir saat ini dikatakan untuk menyeratakan pendidikan bagi seluruh rakyat Indonesia, namun nyatanya saat ini pendidikan hanya dapat diakses oleh kalangan menengah keatas. Kapitalisme membuat sektor pendidikan menjadi milik segelintir orang atau lapisan kelas sosial tertentu, bukan menjadi milik publik. Pendidikan dinilai berdasarkan nilai ekonomi. Untuk kategori peserta didik yang dituntut adalah kemampuan untuk membiayai semua jalur pendidikan karena tiap materi pembelajaran membutuhkan biaya, untuk tenaga pengajar dituntut untuk mampu dalam memberikan pengaruh pada peserta didik untuk meyakini kemajuan seseorang berdasarkan ongkos, dan pejabat pendidikan saat ini sangat pandai berargumentasi bahwa mutu pendidikan amat tergantung dari besarnya biaya yang dikeluarkan.

Realitas yang terjadi di dunia pendidikan ini tidak dapat kita pisahkan dari aktor atau manusia itu sendiri, karena yang menciptakan realitas ini adalah manusia dan yang akan mendapatkan akibatnya adalah manusia itu sendiri. Individu menjadi penentu dalam dunia ini berdasarkan  kehendaknya. Manusia memiliki hak untuk melakukan sesuatu diluar kontrolnya setiap individu memiliki pengetahuan yang tidak hanya mereka dapatkan dari dunia pedidikan, namun bisa juga pada lingungan sekitar yang menjadi sarana dari pengetahuan. Pendidikan dan lingkungan adalah saranan yang mempu membentuk seorang individu. Seorang individu melakukan penyesuaian diri, lalu membuka diri untuk berinteraksi dan mulai melakukan apa yang sesuai dengan yang mereka dapatkan atau inginkan.
Dalam dunia pendidikan seakan-akan aktornya dikonstruk berdasarkan realitas. Aktor dalam dunia pendidikan seakan menyadari peran mereka. Guru memiliki sifat dan sikap sebagai seorang pendidik, pengayom, pengasuh dan pemberi motivasi bagi peserta didik. Adapun murid berperilaku sebagai penuntut ilmu pengetahuan, pekerja keras, dan pencari kebenaran (Damsar:2019).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun