Mohon tunggu...
Widha Karina
Widha Karina Mohon Tunggu... Penulis - Content Worker

seni | sejarah | sosial politik | budaya | lingkungan | buku dan sastra | traveling | bobok siang. mencatat, menertawakan keseharian, dan menjadi satir di widhakarina.blogspot.com dan instagram.com/widhakarina

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Pasang Foto Profil Maaf Sedang Cuti, Berlebihan atau Profesional?

2 Januari 2024   11:55 Diperbarui: 2 Januari 2024   16:31 7340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau gitu, malah lebih profesional kan? Daripada cuti sembunyi-sembunyi, malah bikin orang lain menunggu-nunggu respons kita. Udah nggak jadi healing karena digangguin mulu, orang lain pun jadi ikutan mangkel.

Masih Digangguin?
Terus gimana Wid, kalau udah pasang status/foto cuti, tapi masih digangguin? Yaa.. ini udah perkara lain ya. Karena kita kan gak bisa mengatur kendablegan orang lain.

Kalau kesal sih pasti ya. Gapapa, respons ini wajar banget. Selain itu, coba cek juga penyebab kenapa dia ngontak kita. Jangan-jangan memang ada perkara mendesak/urgent. Atau bisa jadi itu pesan yang bersifat precaution atau reminder supaya ketika kita kembali ke kantor, ada list to do yang perlu kita prioritaskan.

Saya sih kalau dikontak untuk perkara mendesak, gapapa banget. Cuma saya liat dulu, ada gak nih yang bisa ngerjain hal tersebut selain saya. Kalau gak ada, ya saya kerjain ketika liburan. Tapi kalau isi pesan/teleponnya gak mendesak, printilan, dan yang semestinya bisa menunggu sampai saya balik cuti, yaudah, mohon maaf bakal saya cuekin. Setelah itu, kita bisa menegur baik-baik ke rekan kerja untuk menunggu cuti kita selesai.

Sebaliknya, menghormati cuti orang bagi saya adalah sebuah keharusan (kecuali kalau saya gatau atau lupa kalau dia lagi cuti). Saya biasanya akan berpikir berkali-kali sebelum mengontak orang tersebut. Jangan lupa ucapkan maaf (atau "punten" sebagai magic word buruh korporat) ketika mengontak. Jangan berharap permintaan kita ditanggapi sesegera mungkin.

Satu lagi. Selain komunikasi interpersonal, perusahaan/tempat bekerja kita tuh juga harus mengambil peran lho terkait cuta-cuti ini. Saya menyesalkan sekali kenapa sih kantor tuh jarang berpikir bahwa ngasih libur yang layak adalah sebuah strategi murah buat retain karyawan?

Wahai tempat kerja ... sadaar, ngasih cuti itu murah wey. Dengan ngasih cuti yang layak, kantor gak perlu bayar uang berjuta-juta buat bikin outing supaya karyawannya punya healing time. Cukup kasih aja haknya: cuti.

Selain gratis, nanti pas dia balik dari cuti, kantor akan mendapatkan 1 SDM yang sudah (agak) lebih segar untuk bekerja lebih optimal. Makanya perusahaan tuh perlu memberi jatah cuti (CUTI ya, bukan boleh izin tapi gak dibayar. Ini mah maksa orang buat milih tidur atau makan). Jangan sampai dia baru boleh cuti kalau bawa laptop atau diminta untuk bersedia dikontak selama cuti.

Okeee.. kita sudahi meracaunya. Jadi, kamu udah pasang foto/status cuti/auto-reply belum di WA, Telegram, Email, dan tools kerja kamu lainnya belum? Saya belum sih, hahhah. Sebenarnya gakmau pakai pengumuman segala toh saya sering woro-woro tanggal cuti dari jauh hari. Tapi makin ke sini kayaknya perlu deh, suka ada yang kebablasan soalnya. Lagi cari gambar yang pas. Yang sesuai dengan kepribadian saya 😂

Sampai ketemu di tanggal 5 karena saya cuti sampai tanggal 4 Januari 2024. Selamat Natal dan Tahun Baru, salaryman!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun