Jika Anda adalah warga DKI Jakarta dan dinyatakan positif Covid-19 dengan gejala ringan/sedang atau ketidaksanggupan melakukan isolasi mandiri di rumah, maka besar kemungkinan Anda akan dirujuk ke RSDC Wisma Atlet Kemayoran. Itupun, kalau kapasitasnya masih mencukupi.
Baca Dulu Kisah Awal Saya Saat Dinyatakan Positif Covid-19Â
Berbeda dengan rumah sakit pada umumnya, Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran sebenarnya lebih mirip seperti asrama. Memang, ada unit yang diperuntukkan bagi IGD, tetapi sebagian besar sisanya adalah flat-flat hunian bagi pasien dan tenaga kesehatan yang bertugas di sana.
Kementerian PUPR sendiri, melalui Khalawi Abdul Direktur Jenderal Penyediaan Rumah, pernah menyampaikan tanggapannya terhadap gagasan pengalihfungsian fasilitas ini sebagai pusat karantina. "Wisma Atlet tidak didesain untuk fasilitas rumah sakit. Wisma Atlet dirancang untuk hunian," tegasnya (15/3/2020) menjawab Kompas.com.
So please, manage your expectation.
Jelang hari kepulangan saya dari RSDC Wisma Atlet, grup WA koordinasi lantai kami ketambahan 31 orang pasien dalam waktu 1 hari saja. Maklum, saya memang dirawat pada periode ketika DKI Jakarta mulai "panen" kasus baru, yakni sekitar akhir tahun 2020 hingga awal tahun 2021. Tapi, 31 pasien sekaligus? Wow. Saya langsung nelangsa membayangkan pekerjaan nakes yang bertugas di lantai saya.
Benar saja. Kehadiran pasien-pasien baru ini memunculkan problem-problem anyar yang belum pernah saya alami sebelumnya. Grup WA yang tadinya menjadi medium informasi dan saling hibur antarpenghuni dan perawat, mendadak jadi lebih bising dengan seruan-seruan protes, keluhan, dan individu-individu yang kebingungan.
"Sus, ini makanan kok nggak diantar ke kamar?"
"Sus, paket saya udah sampai? Kok nggak ada ya?"
"Kalau makan siang itu enaknya pakai yang berkuah. Ini kering, jadinya nggak habis."
Hadeh.
Jujur aja, saya jadi kasihan dengan nakesnya. Cuma maksimal 3 ners per shift, tapi harus meladeni banyak kebutuhan yang tidak perlu disampaikan kalau saja pasiennya mau bersabar dan berusaha sedikit buat mencari tahu jawabannya. Mmm... Seenggaknya, bisa dong kalau protes cukup japri aja, nggak perlu di grup sampai bikin suasana kurang nyaman? HEHEHEH.
Biar kejadian-kejadian tidak terulang, saya ingin sekali membagikan panduan persiapan kepada rekan-rekan yang kebetulan bakal dirujuk ke RSDC Wisma Atlet Kemayoran.
Perlu saya sampaikan bahwa tulisan ini dibuat bukan untuk mendukung tindakan melanggar protkes, lantas memberi solusi praktis berupa kiat supaya bisa dirawat gratis di RSDC Wisma Atlet. Sebaliknya, saya berharap setiap pasien bisa sedapat mungkin membantu dirinya sendiri selama di RSDC Wisma Atlet sehingga tidak perlu menambah beban para nakes dan petugas lainnya. Apalagi, angka positif ngebut terus di DKI Jakarta.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!