Aran dan Nio hanya berpandangan.
"Nio yang rasakan langsung. Saya hanya dengar-dengar saja," Aran menjawab pelan, membiarkan Nio yang menjawab.
Saya menengok ke Nio. Nio tiba-tiba memproduksi keringat lebih deras dari biasanya. Ia hanya menjilat lidah berkali-kali, sebentar menggenggam tangan, sebentar menunduk. Persis seperti adegan di sinetron. Setelah ia membiarkan saya menonton kegundahannya, akhirnya ia bicara juga.
"Maaf Widha. Saya sulit cerita. Mukamu Jawa sekali."
"Hah?"
"Tentara-tentara itu orang Jawa. Dan sejak saat itu, maaf ...." badannya mulai gemetar, matanya mulai berair.
"Maaf, Widha ...."
"Iya, tidak ada-apa. Kenapa?" saya masih tidak paham.
"Sejak itu saya benci sekali dengan orang Jawa."
Saya melongo.
Sungguh seperti ada yang berdengung dalam kepala sampai beberapa detik.