Mohon tunggu...
Widha Karina
Widha Karina Mohon Tunggu... Penulis - Content Worker

seni | sejarah | sosial politik | budaya | lingkungan | buku dan sastra | traveling | bobok siang. mencatat, menertawakan keseharian, dan menjadi satir di widhakarina.blogspot.com dan instagram.com/widhakarina

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Wisatawan Hitung Mundur Lenyapnya Pulau Kelor

26 Oktober 2015   15:24 Diperbarui: 26 Oktober 2015   15:37 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Candrian Attahiyyat memberikan pengantar kepada blogger sebelum memulai wisata ke pulau-pulau sejarah Kepulauan Seribu. Penting bagi pengunjung untuk tidak menyentuh situs arkeologi secara sembarangan. (24/10/2015)"][/caption]JAKARTA, Kompasiana. Candrian Attahiyyat, Anggota Tim Ahli Cagar Budaya Provinsi DKI Jakarta meneliti peluang hilangnya Pulau Kelor dari peta Jakarta dalam kurung waktu 50 tahun lagi. Hasil penelitian tersebut disampaikan kepada 19 blogger Kompasiana dalam acara Pesona Indonesia yang diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata, Sabtu (24/10/2015). “Pulau Kelor adalah pulau yang terluar. Dia berhadapan langsung dengan laut, sehingga tidak ada yang melindungi. Lama-lama tergerus,” ungkap Candrian sembari memandangi pintu Benteng Martello Kelor yang disangga oleh konstruksi bambu supaya tidak runtuh.

Selain proses abrasi, ada sejumlah faktor yang turut mempercepat lenyapnya Pulau Kelor. Salah satunya adalah jumlah wisatawan yang datang ke pulau-pulau sejarah di Kepulauan Seribu. “Sebenarnya, kedatangan kita ke sini turut membantu proses hilangnya pulau. Pasir-pasir yang dibawa oleh alas kaki pengunjung bisa berton-ton sendiri jika diakumulasikan. Belum lagi deru mesin dan gelombang yang diempaskan oleh kapal ketika kita datang dan pergi,” lanjut Candrian.

Sejumlah data sejarah mencatat bahwa Pulau Bidadari, Onrust, Kelor, dan Cipir adalah pulau yang menjadi saksi meletusnya perang di Teluk Jakarta pada abad 16-18. Setidaknya telah terjadi tiga kali perang di sini, yakni ketika Mataram menyerang, saat Kalapa ditaklukkan oleh Jayakarta, dan perebutan Sunda Kelapa oleh tentara Inggris. Bahkan menurut Candrian, Pulau Onrust adalah pulau pertama yang dikuasai oleh Belanda, meski pada buku-buku pelajaran siswa, aneksasi Belanda pertama kali terjadi di Pelabuhan Banten. Selain itu, jalur barat pelayaran dari dan menuju Batavia akan melewati keempat pulau tersebut. Karena itulah pemerintah Hindia Belanda membangun menara pantau dan benteng pertahanan di situ.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun