Mohon tunggu...
Widha Karina
Widha Karina Mohon Tunggu... Penulis - Content Worker

seni | sejarah | sosial politik | budaya | lingkungan | buku dan sastra | traveling | bobok siang. mencatat, menertawakan keseharian, dan menjadi satir di widhakarina.blogspot.com dan instagram.com/widhakarina

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Masihkah Saya Tabu?

30 September 2015   17:12 Diperbarui: 30 September 2015   17:12 8936
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dan percakapan kami pun ditutup dengan beberapa pernyataan yang membuat saya ingin segera pergi, supaya tak perlu bersusah payah menahan mimik prihatin dan nyeri:

  • "Cita-cita saya ingin hidup lima tahun lagi. Saya mau menjual buku-buku ini sampai habis dan menulis dua buku lagi. Saya punya harapan supaya anak-anak muda membaca dan tahu sejarah yang sebenarnya. Lima tahun lagi saja.. Semoga dalam lima tahun itu saya dapat uang bantuan untuk menulis dua buku lagi."
  • "Adik pasti suka sejarah karena bertanya banyak pada saya.. Adik seorang aktivis? Lho, bukan? Wah, kalau ngobrol sama saya itu ya harus seorang aktivis! Soalnya ngobrol sama saya itu bahaya..."
  • "Saya harus pulang. Badan saya harus dijaga supaya tidak terlalu lelah. Besok masih harus jual buku ke Depok. Naik apa ya nak ke Depok? Bisa Bus?"

..setelah itu saya benar-benar khawatir akan kondisi Bapak tersebut di jalan. Semoga ia selalu dijaga dalam setiap perjalanannya.

Batin saya kelu
Terujar sedikit doa yang terbalut haru
Semoga nantinya bangsa ini bisa menyadari kealpaannya
Semoga natinya kita tak lagi dengan mudahnya memanipulasi cerita
Sehingga Bapak ini bisa menyelesaikan cita-citanya dalam 5 tahun

Semoga..

 

Memori 28 September 2010

*Sekarang sudah 2015. Masihkah SAYA TABU menjadi istilah yang paling aman digunakan di zaman yang katanya serba bebas ini?
Masihkah kita enggan mengembalikan nama baik mereka yang dituduh melakukan makar keji yang bahkan tidak mereka pahami? Masihkah kita alergi dengan PKI? Tidakkah kita berpikir bahwa mereka juga adalah korban dari kekejaman rezim itu sendiri?

Ataukah kita masih terlena rasa nyaman akan ketakutan yang direkayasa? 

Semoga tidak. Semoga..

Sumber foto: https://visualdocumentationproject.files.wordpress.com/2012/04/foto-bersama-tapol-di-depan-barak-iii-unit-xv-indrapura-8_phatch-e1335528245219.jpg

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun