Mohon tunggu...
Widha Karina
Widha Karina Mohon Tunggu... Penulis - Content Worker

seni | sejarah | sosial politik | budaya | lingkungan | buku dan sastra | traveling | bobok siang. mencatat, menertawakan keseharian, dan menjadi satir di widhakarina.blogspot.com dan instagram.com/widhakarina

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Ketika Menjadi Cantik adalah Sebuah Bencana

13 April 2015   13:14 Diperbarui: 7 Oktober 2021   13:53 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ia hidup dan makan dari darah yang didapat dari perut lintah, cicak, tikus, dan bahkan buaya. Tawanan lainnya yang tadinya enggan melihat perilakunya yang barbar malah berbalik meniru menu santapnya.

Juga ketika tentara Jepang mengumpulkan para gadis terpilih untuk menjadi pelacur khusus pejabat tinggi, hanya Dewi Ayu yang santai dan menikmati saat-saat diasingkan ke rumah pelacuran. Ia menikmati sajian enak dan mencoba pakaian-pakaian cantik, sementara teman-temannya menangis meratapi nasib. 

Selain tidak memiliki sanak saudara satupun, mungkin kelebihan Ayu Dewi dalam menghadapi saat-saat tersulit dalam hidupnya adalah kekerasan hatinya. 

Pada masa Agresi Militer Belanda II, ia sudah melahirkan Alamanda yang merupakan puteri seorang tentara Jepang dan Adinda yang merupakan buah dari tentara gerilya tanah air yang memerkosanya saat menyerbu rumah pelacuran.

Untuk memulai hidup baru, ia kembali menebus rumah masa kecilnya dan kelak melahirkan seorang puteri cantik untuk ketiga kalinya, yang ia beri nama Maya Dewi. 

Sementara ia hidup dari uang pelacuran (perang mengambil semua harta peninggalannya dan ia antara sebal dan terpaksa mesti kembali menjadi pelacur), satu persatu anaknya tumbuh dewasa dan mengalami nasib yang buruk dalam masalah percintaan. 

Beberapa kisah cinta mereka harus berkelindan dengan intrik politik, adat dan kekuasaan. Bertautan dengan perkara mitos, legenda, dan kepercayaan. Tekanan sosial, anjing, dan kejiwaan.

Jika ada satu-satunya yang harus dikutuk dalam kehidupan Dewi Ayu dan anak-anaknya, tentulah itu adalah kecantikan. Cantik tidak memilih siapa korbannya. Cantik datang seperti kutukan dan menggandeng nasib buruk sebagai sahabatnya. 

Kecemburuan, keinginan memiliki dan persetubuhan seolah-olah ditimbulkan dari kecantikan dan kemolekan tubuh semata-mata. Dan itulah yang dibenci oleh Dewi Ayu. 

Setelah memperbudak pelanggannya alih-alih membiarkan tubuhnya menjadi objek berahi belaka, Dewi Ayu melampaui nasib buruk itu dengan pertama-tama menjadi lebih cerdik dari nasib buruk itu sendiri. Ia mendului alam dengan mati seturut kehendak dirinya, kemudian bangkit lagi 21 tahun kemudian untuk menuntut balas pada arwah jahat yang sukses membuat ketiga anak gadisnya menjanda karena kecantikannya. 

Dewi Ayu juga berhasil melahirkan anak keempat yang buruk rupa setelah berharap akan melahirkan anak dengan cuping telinga menyerupai pegangan panci, hidung seperti colokan listrik, dan wujudnya menyerupai tai. Semua ia harapkan hanya demi masa depan seorang anak yang lebih baik. Karena berwujud cantik itu sama dengan bernasib buruk. Karena cantik itu luka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun