Memilih Pemimpin Jakarta Bukanlah Soal B atau S

Pernahkah Anda membaca sebuah trit di medsos yang mencela gaya bicara kasar Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama atau yang lebih populer dengan panggilan Ahok? Lalu reaksi apa yang muncul dari para pendukungnya? Saya bisa menebak kira-kira atau kurang lebihnya adalah: "Daripada santun tapi korupsi?" atau daripada "Agamis tapi koruptor?".

Membaca tanggapan itu selalu terbetik pertanyaan di hati saya.

Sudah sedemikian putus asakah warga DKI ini?

Sudah demikian tertutupkah pemikiran warga DKI ini?

Sehingga seakan-akan untuk memimpin ibukota tercinta ini hanya ada dua macam pemimpin yang tersedia untuk dipilih. Yang pertama jenis pemimpin yang amanah tapi omongan/perangainya kasar, dan yang kedua pemimpin yang santun/agamis tapi tukang korupsi. Mereka membuat batasan atau kesan seolah-olah memilih pemimpin di Jakarta sama dengan soal ujian dengan tipe pilih (B) jika benar dan pilih (S) jika salah. Jika memang faktanya memang hanya ada dua pilihan, maka tentunya saya akan memilih tipe pemimpin pertama, yaitu amanah meski perangai/omongannya kasar. Kebetulan sekali saya juga memilih pasangan Jokowi-Ahok pada Pilgub 2012 lalu.

Tapi tentunya saya akan mempertimbangkan kembali pilihan saya jika tipe soal ujiannya tidak B -S, tetapi menjadi pilihan ganda berupa pilihan yang lebih variatif menjadi pilihan A,B, C atau D.

Coba sekarang saya berikan soal pilihan ganda kepada para pembaca sekalian dan silahkan pilih jawabannya:

Tipe pemimpin seperti apakah yang anda inginkan untuk memimpin DKI:

A. Amanah tetapi perangai dan gaya bicaranya kasar,

B. Santun/agamis tetapi suka korupsi,

C. Gaya bicaranya kasar dan suka korupsi, atau

D. Santun/agamis dan amanah.

Yang mana pilihan anda? Pasti C kan? (He .. he .. hee ... maaf becanda ...)

Emangnya di Indonesia tercinta ini, di suatu tempat di negara ini sudah tidak ada lagi seorang pemimpin yang amanah dan penuh kesopansantunan???

(Kayaknya banyak dech ...)

Wallahu a'lam bishawab