Mohon tunggu...
Widadi Muslim
Widadi Muslim Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru yang energik, atraktif dan murah senyum. Motivator dan penulis buku kependidikan. Juara kedua kompetisi edukasi Anlene Hidup Penuh Makna. Saat ini mengampu mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 164 Jakarta Selatan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Proyek 3: Kearifan Lokal di SMPN 164 Jakarta

31 Mei 2023   09:46 Diperbarui: 31 Mei 2023   10:09 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pembelajaran ini nyatanya mampu melayani gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik sehingga tak satu pun peserta didik yang duduk melamun apalagi kabur sebelum kegiatan berakhir.

"Coba tiap hari pembelajaran seperti ini betah deh aku di sekolah." Kata Topan

"Aku juga nggak bakalan keluar masuk kelas karena bete." Sambung Yogi

"Ya nggak gitu juga kali." Sergah Marcel

Dari percakapan ketiga anak tersebut boleh jadi Topan dan Yogi adalah anak yang menonjol gaya belajar kinestetiknya. Bukankah berdasarkan pengumpulan profil gaya belajar rara-rata siswa yang pernah dilakukan di Rockville, Maryland dari 5.300 siswa kelas 5 sampai 12 yang mengisi Daftar Uji Learning  Channel Preference Specific Diagnostic Studies (CDS) di Amerika Serikat, Hongkong dan Jepang  menunjukkan bahwa 37% siswa bergaya belajar kinestetik (bergerak, menyentuh, melakukan), 34% memiliki gaya belajar auditorial 34% dan pemilik gaya belajar visual 29%.

Selebrasi projek dengan tema kearifan lokal sebagaimana yang telah diuraikan di atas juga bermaksud menggali dan mengembangkan  kecerdasan emosi (EQ) di samping melatih kecerdasan intelektual (IQ). Fakta di dunia kerja menurut para ahli pendidikan nyatanya membuktikan bahwa kecerdasan emosi (EQ) mampu menyumbang 80% terhadap kesuksesan sedangkan kecerdasan intelektual (IQ)  hanya menyumbang sekitar 20%.

Dari penilaian rubrik dan porto folio yang dilakukan para pendidik ternyata juga dapat dengan mudah untuk mengelompokkan anak yang bertipe quiter, scamper dan climber.

Kurikulum Merdeka yang telah dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi kiranya menjadi langkah yang tepat untuk mewujudkan generasi unggul di negeri ini. Jika hal ini terwujud niscaya berbahagialah kita sebagai bangsa Indonesia. Semoga.

Pembelajaran seperti ini juga dapat mewujudkan Profil Pelajar Pancasila pada dimensi mandiri, bergotong royong dan kreatif yang telah menjadi ruh Kurikulum Merdeka. Majulah pendidikan Indonesia. Majulah anak-anak Indonesia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun