Mohon tunggu...
Widadi Muslim
Widadi Muslim Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru yang energik, atraktif dan murah senyum. Motivator dan penulis buku kependidikan. Juara kedua kompetisi edukasi Anlene Hidup Penuh Makna. Saat ini mengampu mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 164 Jakarta Selatan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Persiapan Proyek 3 Tema Kearifan Lokal

2 Februari 2023   11:38 Diperbarui: 2 Februari 2023   11:52 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Duet Ustadz Hanafi dan Bu Ifah dengan sabar menjelaskan tema proyek. (Foto: Dokumentasi sekolah)

Selasa pagi. Jam di ruang guru menunjuk pada angka 10.00 WIB. Guru piket membunyikan bel. Ratusan peserta didik kelas 7 menuju aula lantai dasar. Para guru wali kelas mendampingi.

Proyek 1 dengan tema "Kebinekaan" telah berjalan lancar bahkan dihadiri Wali Kota Jakarta Selatan Bapak Munjirin, M.Si. Proyek 2 dengan tema "Kewirausahaan" juga berjalan lancar dan dihadiri oleh orang tua murid yang menyemut di halaman sekolah ketika selebrasi proyek berlangsung. Sementara itu proyek 3 dengan tema "Kearifan Lokal" hingga saat ini masih dalam tahap persiapan.

Bu Suci, ketua komite sekolah bertanya, "Apa sih Pak pembelajaran berbasis proyek itu?" Pembelajaran berbasis proyek merupakan metode, pendekatan, strategi pembelajaran dalam kurikulum merdeka yang memanfaatkan pembuatan proyek sebagai kegiatan dalam proses pembelajaran. Pada pembelajaran berbasis proyek peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian,  interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.

Tampak dalam foto,  Ustadz Hanafi Prima sebagai ketua proyek 3 di dampingi Bu Ifah menjelaskan tahapan-tahapan pada proyek 3 dengan tema kearifan lokal tersebut. Sementara itu ratusan peserta didik duduk lesehan di aula beralaskan marmer warna putih bersih. 

Sesekali Bu Ifah menjelaskan tahapan proyek via  screen. Peserta didik tetap tenang duduk rapi di atas keramik warna putih bersih sambil mendengarkan penjelasan Ustadz Hanafi Prima dan Bu Ifah. Di barisan depan peserta didik laki-laki dapat dengan jelas melihat dan membaca tayangan yang ditampilkan via screen.

Duet Ustadz Hanafi dan Bu Ifah dengan sabar menjelaskan tema proyek. (Foto: Dokumentasi sekolah)
Duet Ustadz Hanafi dan Bu Ifah dengan sabar menjelaskan tema proyek. (Foto: Dokumentasi sekolah)

Di bagian belakang duduk anak perempuan dan para guru yang mendampingi. Peserta didik diposisikan pada barusan depan dengan harapan mereka tidak mengobrol ketika guru menjelaskan langkah-langkah dan materi proyek.

Mama Bella bertanya, "Pak, Bu mohon dijelaskan kepada kami tentang kearifan lokal berikut contoh-contohnya?" Tim proyek menjawab, "Kearifan lokal merupakan budaya suatu masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dari bahasa masyarakat itu sendiri. Kearifan lokal acap kali diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi melalui cerita dari mulut ke mulut."

 

Kearifan lokal menjadi penting dan bermanfaat ketika masyarakat lokal yang mewarnainya mau menerima dan mengklaim hal itu sebagai bagian dari kehidupan mereka. Dengan mewarisi pengetahuan secara turun temurun, kearifan lokal dapat disebut sebagai jiwa dan budaya lokal.

Indonesia yang masyarakatnya terdiri dari berbagai suku bangsa ini tentu mempunyai  kearifan lokal  yang beragam

pula. Misalnya membungkukkan badan, selametan, lompat batu nias, cingcowong, ulap doyo,  awig-awig, dll.

Dengan demikian maka kearifan lokal adalah pengetahuan yang dikembangkan oleh para leluhur dalam mensiasati lingkungan hidup mereka, menjadikan pengetahuan itu sebagai bagian dari budaya kemudian memperkenalkan dan meneruskannya dari generasi ke generasi.

Proyek 3 dengan tema kearifan lokal ini merupakan bagian dari Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Proyek ini bermaksud memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk “mengalami pengetahuan” sebagai proses penguatan karakter sekaligus  kesempatan untuk belajar dari lingkungan sekitarnya.

Para wali kelas dan guru yang mengajar di kelas 7 berharap proyek 3 dengan tema kearifan lokal ini mendapatkan dukungan dari para orang tua peserta didik sehingga dapat berjalan lancar dan memberikan pembelajaran bermakna kepada peserta didik..

Tanpa dukungan pimpinan sekolah dan orang tua peserta didik niscaya kegiatan proyek ini tidak mendapatkan hasil yang maksimal. Maka dalam hal ini kesabaran, kerjasama dan kerja keras semua pihak yang terlibat dalam kegiatan ini sangat dibutuhkan apalagi menghadapi jumlah peserta didik yang cukup banyak. Para guru yang mengajar di kelas 7A-7H pun yakin bahwa setelah kesulitan akan datang kemudahan.

Alam nasyoh laka shodrok

Wa wadho’naa ‘angka wizrok

Alladziii angqodho zhohrok

Wa rofa’naa laka dzikrok

Fa inna ma’al ‘usri yusroo

Inna ma’al-usri yusroo

(Q.S. Al Insyirah: 1-6)

Artinya:

Bukankah Kami tekah melapangkan dadamu?

Dan Kami pun telah menurunkan bebanmu darimu,

Yang memberatkan punggungnmu,

Dan Kami tinggalkan sebutan (nama) mu bagimu

Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan,

Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun