guru yang mengajar di kelas 7 sepakat untuk menyampaikan informasi kepada peserta didik bahwa tiga minggu ke depan akan diadakan selebrasi proyek. Menurut KBBI selebrasi artinya perayaan. Perayaan adalah suatu momen yang dilakukan oleh banyak orang dalam suasana gembira. Gembira atas pencapaian suatu pekerjaan.
Senin pagi setelah upacara bendera berakhir Pak Agus menuju lantai 4 untuk mengajar bahasa Indonesia. Malam sebelumnya via wa group semua wali kelas dan”Selamat pagi anak-anak.”
”Selamat pagi Pak Guru.”
”Tiga minggu ke depan kita akan melakukan selebrasi proyek pertama.”
Anak-anak pun gembira bercampur kebingungan. Mereka gembira karena pembelajaran yang berlangsung antara 2-3 bulan akan diakhiri dengan sebuah proyek. Kebingungan karena tidak tahu harus melakukan apa dan bagaimana.
”Apa yang harus kita lakukan Pak?”
”Untuk tahap awal silakan kalian berdiskusi tentang tema proyek yang akan kita lakukan, hasil diskusi kelas nantinya akan didiskusikan antarkelas melalui para ketua kelas dan wakilnya. Fokuskan tema proyek pada Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Saya berikan waktu 10 menit untuk berdiskusi.”
Agak kesulitan peserta didik menentukan tema proyek karena baginya ini merupakan pengalaman pertama kalinya.
”Bagaimana hasil diskusi kalian?”
”Masih bingung Pak.”
”Ok baiklah, mari kita menonton video selebrasi proyek di YouTube dari sekolah lain. Silakan duduk dengan tenang. Selama video diputar jangan ada yang bertanya tetapi catatlah hal-hal yang penting. Semoga menjawab kebingungan kalian.”
Murid-murid dengan tekun menonton video pelaksanaan proyek dari sekolah lain via YouTube. Sesekali mereka mencatat hal-hal yang menurut mereka penting. Video berdurasi 11 menit 6 detik pun berakhir.
”Apakah kalian bisa memahami inti video selebrasi proyek tersebut?”
”Bisa Pak, kami paham. Jawab sebagian besar murid
”Jika demikian, silakan kalian kembali berdiskusi. Pak guru berikan waktu 15 menit untuk berdiskusi.
Murid-murid kembali berdiskusi dengan serius. Terjadi perdebatan yang seru selama diskusi berlangsung. Pak Agus memperhatikan 6 kelompok diskusi dengan sesekali membimbing mereka. Diskusi berakhir dengan sebuah kesepakatan.
”Anak-anak waktu diskusi sudah cukup. Sekarang silakan ketua kelas didampingi wakilnya menyampaikan kepada teman-temannya. Ketua kelas berdiri kemudian maju ke depan kelas didampingi wakil.”
”Teman-teman, sesuai dengan kesepakaan bersama kelas kita mengusulkan bahwa tema proyek pertama adalah tentang kebinekaan. Alasannya karena murid-murid di sekolah kita berasal dari beragam daerah sehingga perlu memberikan pemahaman kepada semua teman tentang makna kebinekaan.”
”Hore-hore, swit-swit.” Tepuk tangan dan sorak-sorai menggema di ruang kelas 7 C tersebut.
”Alhamdulillah akhirnya kelas kalian telah sepakat menentukan tema proyek. Pada pukul 10.00-11.00 WIB nanti silakan ketua kelas dan wakil berkumpul dengan perwakilan dari kelas lain untuk menentukan tema proyek pertama sekolah kita.”
Pukul 09.40-10.00 WIB murid-murid turun ke lantai dasar untuk beristirahat pertama. Tepat pukul 10.00 WIB bel berbunyi tanda waktu istirahat pertama berakhir. Semua murid menuju ruang kelas masing-masing. Ketua kelas dan wakil dari 8 kelas meminta ijin kepada guru yang mengajar pada jam pelajaran tersebut untuk meneruskan rapat membahas tema proyek. Sementara itu murid-murid kelas 8 dan 9 belajar seperti biasanya kecuali pengurus OSIS.
Rapat membahas tema proyek dilakukan di ruang aula lantai dasar didampingi pengurus OSIS dan pembina OSIS. Pada awalnya rapat berjalan alot karena masing-masing perwakilan kelas mempertahankan pendapatnya disertai dengan argumentasi yang semuanya bisa dipahami. Pembina OSIS menyampaikan kondisi dan kultur sekolah.
Setelah mendengarkan paparan dari Pembina OSIS akhirnya semua sepakat bahwa tema proyek pertama kurikulum merdeka adalah tentang kebinekaan. Kemudian dilakukan pembagian tugas. Ketua kelas dan wakil ketua kelas menyampaikan hasil rapat kepada kelasnya masing-masing. Pengurus OSIS meneruskan hasil rapat kepada murid kelas 8 dan 9. Pembina OSIS meneruskan kepada para guru dan wali kelas. Wali kelas meneruskan ke orang tua murid. Satu hari berikutnya pembina OSIS mengundang orang tua murid melalui wali kelas untuk berkoordinasi tentang pelaksanaan proyek.
Satu hari sebelum hari ”H” tiba. Halaman sekolah dipenuhi 8 tenda warna warni. Setiap tenda dihiasi dengan budaya daerah di nusantara. Meja-meja dipenuhi dengan makanan dan minuman khas nusantara. Para orang tua menyaksikan kesibukan putra-putrinya dengan rasa bangga.
Hari ”H” pun tiba. Para guru terbagi menjadi 2 kegiatan. Wali kelas dan guru yang mengajar di kelas 7 semuanya membantu kesibukan murid-muridnya. Para guru yang tidak mengajar di kelas 7 tetap mengajar di ruang kelas.
Murid-murid telah berdiri rapi di depan gazebo hingga melebar ke arah timur tepat di bawah logo “Love SMPN 164.” Dengan berpakaian adat, murid-murid kelas 7 tersebut tampak lebih anggun dan lebih dewasa dari usianya. Mereka juga membawa papan bertuliskan asal daerah sesuai dengan pakaian adat yang dikenakannya.
Pukul 08.00 acara dimulai. Lagu Kebangsaan Indonesia Raya berkumandang membakar jiwa pariot generasi muda, dilanjutkan dengan Lagu Pelajar Pancasila yang dinyanyikan oleh Kikan dan Eka Gustawa semua yang hadir ikut menyanyikan.
Bangun dan bukalah matamu
Saatnya meraih mimpimu
Arahkan pandangan ke depan
Tuhan kan menuntunmu
Sadarilah masa berganti
Tantangan kan kita hadapi
Bergandeng tangan untuk negeri
Era kita menanti berseri
Reff:
Kita pelajar Pancasila
Kita bernafas dalam sila-silanya
Kita pelajar Pancasila
Ayo kita jaga untuk Indonesia
Bersatu dalam perbedaan
Berpegang tangan dan berlari
Singkirkan egomu oh kawan
Demi negeri ini
Jadilah generasi emas
Cerdas berkarakter itu kita
Berjuang dan harus berani
Kita terus torehkan prestasi
Gelegar suara musik menembus dinding-dinding sekolah memasuki ruang-ruang kelas dan jiwa murid-murid. Suasana pembelajaran di ruang-ruang kelas pun sedikit terganggu. Murid-murid kelas 8 dan 9 meminta ijin untuk ikut menyemarakkan kegiatan adik-adiknya kelasnya. Para guru yang mengajar pada jam tersebut menyampaikan keinginan murid-murid kelas 8 dan 9 kepada kepala sekolah. Kepala sekolah menyetujui bahwa selama 3 jam pelajaran murid-murid kelas 8 dan 9 diperbolehkan menonton pertunjukan tari kebinekaan adik-adik kelasnya. Suasana pun menjadi semakin seru. Halaman sekolah dipenuhi lautan manusia.
Wali Kota Jakarta Selatan Bapak Munjirin S.Sos., M.Si hadir. Beliau berkeliling dari satu stand ke stand lainnya. Bahkan beliau tak segan mencicipi berbagai makanan khas nusantara. Pulangnya memborong aneka makanan dan hasil karya yang dijajakan murid-murid. Para guru, orang tua murid dan murid-murid merasa tersanjung Pak Wali Kota berkenan mencicipi dan memborong makanan buatan mereka. Tak hanya itu aneka asesoris seperti gantungan kunci, ecoptrin pun ludes diborong para tamu dan undangan, juga bapak dan ibu guru. Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dengan tema kebinekaan berjalan sukses. Semua bergembira.
”Selamat dan sukses ya adik-adik.”
”Terimakasih Pak Wali atas kunjungannya.”
”Oh iya, pesanan saya gantungan kunci, kaos dan tas hasil ecoprint masing-masing 12 buah jangan lupa ya.”
”Siap Pak Wali.”
Murid-murid sangat gembira mendengar pesanan gantungan kunci, kaos dan tas hasil dari kegiatan ecoprint beberapa minggu sebelumnya.
”Nggak nyangka ya Pak Wali Kota mau membeli karya kita.” Kata Bram
”Iya dong Edo gitu lho.”
”Ye…, geer loe Do.”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H