Pukul 06.30 WIB, halaman sekolah sudah dipenuhi murid-murid yang duduk rapi berseragam batik biru putih khas SMPN 164 dan kerudung waran putih untuk anak-anak perempuan. Sebagian anak membawa mushaf Al Qur'an, sementara itu yang lainnya membawa Al Qur'an digital. Ustadz Zaenal Arifin, Ustadz Hanafi dan para guru sesekali memberi komando dan mengarahkan agar kegiatan berjalan lancar.
Petugas pemandu tadarus adalah anak-anak Rohis yaitu Abdan, Reza, dan Rehan. Sementara itu anak-anak Rohis lainnya seperti Fajri, Rifqi, Adnan, Faris, Irfan, Sarah, Elvina dan Farisal berpencar membantu jalannya acara.
Para guru ada yang sebagian duduk di depan anak-anak, di sisi timur, barat, samping, belakang dan berbaur dengan murid-murid. Pagi itu halaman sekolah penuh dengan anak-anak, guru dan karyawan bertadarus mengumandangkan ayat-ayat suci Al Qur'an. Ustadz Zaenal Arifin yang didampingi oleh Ustadz Hanafi mengawali tadarus dengan mengajak semua yang hadir melantunkan surah Al Fatihah.
Kemudian dilanjutkan dengan bersama-sama membaca surah Al A'raf ayat 196-206. Ada pun arti dari ayat 196 adalah, "Sesungguhnya pelindungku adalah Allah yang telah menurunkan Kitab (Al Qur'an). Dia melindungi orang-orang saleh." Sedangkan arti dari ayat 206 adalah, "Sesungguhnya malaikat-malaikat yang ada di sisi Tuhnamu tidak merasa enggan untuk menyembah Allah dan mereka mensucikan-Nya dan hanya kepada-Nya mereka bersujud."
Kegiatan ini melibatkan seluruh warga sekolah. Pada pembiasaan bertadarus sebagian ada yang membaca sebagian lainnya menyimak dengan tujuan mempelajari atau menjaga hafalan dengan mengulang bacaan Al Qur'an.
Bagi umat Islam, membaca Al Qur'an adalah ibadah sunah yang memiliki banyak keutamaan. Sedangkan yang mendengarnya saja akan mendapatkan pahala yang sama dengan yang membacanya sebagaimana firman Allah dalam surat Al A'raf ayat 204 yang artinya "Dan apabila dibacakan Al Qur'an, maka dengarkanlah dan diamlah, agar kamu mendapat rahmat."
Bagaimanakah cara bertadarus yang benar? Pertama, berwudhu. Di dalam surah Al Waqi'ah ayat 77-79, telah dijelaksan bahwa tidak ada yang menyentuh Al Qur'an selain hamba yang bersuci, ("dan (ini) sesungguhnya Al Qur'an yang sangat mulia, dalam Kitab yang terpelihara (Lauh Mahfuz), tidak ada yang menyentuhnya selain hamba-hamba yang disucikan."
Kedua, memohon perlindungan dengan doa, "Maka apabila engkau (Muhammad) hendak membaca Al Qur'an, mohonlah perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk."
Ketiga, membaca dengan perlahan, "atau lebih dari (seperdua) itu, dan bacalah Al Qur'an itu dengan perlahan-lahan."