Mohon tunggu...
Widadi Muslim
Widadi Muslim Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru yang energik, atraktif dan murah senyum. Motivator dan penulis buku kependidikan. Juara kedua kompetisi edukasi Anlene Hidup Penuh Makna. Saat ini mengampu mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 164 Jakarta Selatan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Disiplin: Apakah Termasuk Kecerdasan Emosi?

20 Desember 2022   08:34 Diperbarui: 20 Desember 2022   09:21 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Upacara bendera. (Foto: Dokumentasi sekolah)

Bertindak sebagai pembina upacara pengibaran bendera Senin pagi di SMPN 164, Bu Kiky menyampaikan amanat tentang "Pentingnya disiplin."

"Anak-anak silakan menengok ke lengan kanan masing-masing."

Serentak anak-anak menengok ke lengan kanannya.

"Apakah masih ada yang lengan bajunya belum ada bed bertuliskan nama sekolah dan lokasi sekolah kita?"

"Ada."

Beberapa anak keluar dari barisan dengan rasa malu.

“Sekarang pegang kepala kalian, apakah masih ada yang belum memakai topi?"

"Ada."

Beberapa anak yang tidak memakai topi tersipu malu keluar dari barisan.

"Berikutnya pegang leher masing-masing, adakah dasi warna biru di situ?"

Beberapa anak tidak memakai dasi mundur dari barisan dengan rasa malu.

"Berikutnya periksa kancing baju kalian adakah yang ompong atau belum dikancingkan?"

Satu, dua anak mundur ke belakang dengan kepala menunduk.

"Berikutnya periksa sepatu, kaos kaki dan tali sepatu kalian."

Anak-anak memeriksa sepatunya masing-masing, beberapa anak mengikat erat tali sepatunya.

“Anak-anak, apa yang ibu sampaikan tadi terkait dengan hal sederhana yaitu disiplin berpakaian. Jika hal yang sederhana saja kalian belum bisa disiplin rasanya berat bagi kalian untuk sukses karena salah satu kunci meraih sukses adalah sikap disiplin.

“Sekarang arahkan pandangan kalian ke pintu gerbang sekolah. Adakah temanmu yang berdiri di sana saat ini?”

“Ada Bu.”

“Mengapa mereka berdiri di sana?”

“Terlambat Bu.”

“Terlambat adalah contoh sikap tidak disiplin, yaitu disiplin waktu”

“Nanti pada saat belajar di kelas tolong perhatikan adakah temanmu yang asyik main HP sendiri? Adakah yang keluar masuk dari ruang kelas dengan berbagai alasan? Adakah yang tidur di kelas? Jika itu ada, artinya mereka tidak disiplin belajar.

Nah sekarang, anak-anak yang tetap berdiri tegak dalam barisan ini adalah contoh anak-anak yang disiplin. Disiplin mengikuti upacara, disiplin berpakaian, dan disiplin waktu. Bu Guru berharap ketika di kelas nanti kalian juga memiliki disiplin belajar.

Peserta upacara dalam sikap hormat. (Foto: Dokumentasi sekolah)
Peserta upacara dalam sikap hormat. (Foto: Dokumentasi sekolah)

Upacara bendera selesai, saatnya pembagian hadiah. Anak-anak diminta duduk santai. Pak Agus sebagai pembina OSIS mengumumkan juara lomba menghias taman. Juara pertama lomba menghias taman adalah kelas 7C, juara kedua kelas 7F, dan juara ketiga kelas 7G.

Kepala sekolah membagikan hadiah. (Foto: Dokumenasi sekolah)
Kepala sekolah membagikan hadiah. (Foto: Dokumenasi sekolah)

Apa yang telah dilakukan Bu Kiky adalah praktik pembelajaran langsung, yaitu belajar dengan melakukan. Belajar dengan melakukan memiliki tingkat keberhasilan lebih baik daripada sekedar mendengarkan, membaca, maupun menulis.    

Apa yang telah dilakukan Bu Kiky adalah hal sederhana untuk menumbuhkan kesadaran diri murid-murid. Menurut Daniel Goleman, kesadaran diri adalah mengetahui apa yang kita rasakan suatu saat dan menggunakannya untuk mengambil keputusan diri sendiri, memiliki tolok ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat.

Kesadaran diri merupakan langkah awal memberdayakan kecerdasan emosi (EQ). Hal-hal berikutnya yang perlu dilatihkan kepada murid-murid untuk memberdayakan kecerdasan emosi (EQ) adalah pengaturan diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial.

Kompasianer, dari uraian di atas kiranya kita sudah dapat menjawab judul artikel ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun