"Guru iku nglurug tanpo bolo. Menang tanpo ngasorake. Sugih tan handarbeni. Digdoyo tanpo aji-aji." Demikian setidaknya yang dapat dibaca Pak Guru Jono pada buku tebal yang konon ditulis oleh Ibu-ibu Ria Pembangunan.
Terjemahan bebasnya adalah "Guru itu datang tanpa pasukan. Menang tanpa mengalahkan. Kaya tanpa memiliki. Sakti tanpa senjata." Karena pekerjaan guru itu pekerjaan mulia, yaitu mengajarkan ilmu pengetahuan dan budi pekerti oleh karenanya guru disebut pahlawan tanpa tanda jasa. Siapa pun orang sukses di dunia ini tidak bisa dilepaskan dari jasa guru.
Berikut ini cerita Ros tentang guru idolanya. Ros, masih kelas 8 SMP. Ia murid yang proaktif dan enerjik. Sekarang ia duduk di kelas 8B sebagai ketua kelas. Dia senang sekali ketika wali kelasnya Pak Jono. Ros mengidolakan Pak Jono. Rupanya Ros punya kenangan yang sulit untuk dilupakannya. Kenangan apaan tuh..
Pada saat pembelajaran dilakukan dari rumah (BDR) karena pandemi Covid -19 ia pernah galau. Kuota internetnya hampir habis, mau minta ke orang tua malu. Terdorong oleh keinginan kuat untuk mengikuti zoom dari sekolah ia berusaha "mengirit" paket datanya. Saat itu Pak Guru Jono yang menyampaikan materi via zoom meeting. Ros salah satu murid yang dapat menjawab kuis dari Pak Jono. Ros berhak mendapatkan paket data selama satu bulan. Bukan main girangnya hati Ros. Sejak saat itu Ros berkeinginan suatu saat dapat belajar dengan Pak Guru Jono.
Pada Peringatan HGN tahun ini ia membuat puisi untuk guru, berikut ini puisinya:
Guruku ...
Pagi udara dingin
Engkau bergegas mandi
Berjalan kaki menempuh perjalanan
Mengabdi pada negeri
Guruku ...
Pagi menjelang
Engkau bergegas bangun
Naik angkot menuju sekolah
Tunaikan kewajiban
Guruku...
Pagi hujan tiada henti
Engkau siapkan jas hujan
Menembus kabut tebal, menerjang rintik hujan
Pintarkan generasi negeri ini
Dinginnya udara tak kau rasakan
Kemacetan di jalan tak kau hiraukan
Pengapnya asap kendaraan kau abaikan
Demi tugas mulia
Mempersiapkan generasi penerus bangsa
Di dinding bagian depan kelas 8B ia pasang poster sosok guru idolanya itu agar setiap saat ia ingat pesan-pesannya.
“Belajar adalah tiket menuju masa depan yang gemilang.”
"Rungokno pituture ben ora getun tembe mburine."
(Dengarkan nasihat guru agar tidak menyesal dikemudian hari).
"Kang mituhu marang guru, ben uripe ora kleru."
(Turutilah nasihat guru agar hidupnya tidak salah melangkah).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H