Problematika Menghafal al-Qur'an dengan Cepat
(Tanggapan terhadap tulisan Febrian Suhud)
Oleh: Wida Apridalia Karnisya
Pendahuluan
Menghafal Al-Qur'an merujuk pada upaya untuk memorialisasi atau mengingat dengan hati setiap ayat, surah, dan huruf-huruf Al-Qur'an. Ini merupakan salah satu bentuk ibadah dan pengabdian kepada Allah dalam agama Islam. Proses menghafal Al-Qur'an dikenal dengan istilah "tahfidz". Menghafal al-Qur'an bukan hanya mengingat ayat-ayatnya saja tetapi juga mengetahui makna yang terkandung dalam ayat yang dihafal. Menghafal al-Qur'an bukan siapa yang lebih cepat tetapi siapa yang hatinya terkait dengan al-Qur'an.
Menghafal Al-Qur'an merupakan bentuk ibadah yang tinggi dan menunjukkan ketaatan kepada Allah. Muslim yang menghafal Al-Qur'an dianggap melakukan usaha untuk memahami, mengamalkan, dan menyebarkan ajaran-Nya. Proses menghafal Al-Qur'an melibatkan pembelajaran ayat demi ayat, yang dapat membantu meningkatkan daya ingat, konsentrasi, dan ketelitian. Ini juga berkontribusi pada pembentukan karakter dan moral yang baik.
Proses menghafal Al-Qur'an tidak hanya mengandung dimensi kognitif, tetapi juga dimensi spiritual. Ini membantu dalam pengembangan hubungan yang lebih erat antara seorang Muslim dengan Allah, karena membawa individu lebih dekat dengan ajaran-Nya. Menghafal Al-Qur'an membutuhkan kesabaran, tekad, dan ketekunan. Proses ini tidak selalu mudah dan memerlukan waktu yang lama, sehingga mengajarkan nilai-nilai ketahanan dan kegigihan. Dengan menghafal Al-Qur'an, seorang Muslim diharapkan dapat mencapai kedekatan dengan Allah, memperbaiki perilaku dan tindakannya, serta berkontribusi pada kemajuan spiritual dan moral masyarakat. Sehingga saya sangat tidak setuju kepada media-media yang menggiring untuk cepat-cepat menghafal al-Qur'an, tetapi tidak dipahami maknanya secara mendalam.
Isi
Dikutip dari media online (kompasiana.com) yang ditulis oleh Febrian Suhud, mengatakan bahwa "cara menghafal al-Qur'an 30 Juz dalam satu bulan". Di dalam poin kedua dalam tulisannya disimpulkan bahwa harus bisa menghafal 20 halaman dalam satu hari. Tanggapan saya akan hal itu adalah bahwa hal tersebut bisa saja dilakukan oleh manusia dengan izin Allah SWT. Karrna memang menghafal al-Qur'an itu mudah, sebagaimana dalam firman Allah SWT :
Sungguh, Kami benar-benar telah memudahkan Al-Qur'an sebagai pelajaran. Maka, adakah orang yang mau mengambil pelajaran? (QS. Al- Qamar: 17)
Akan tetapi saya sangat tidak setuju jika dalam hal ini menghafal secara cepat. Seolah-olah tidak nyaman berlama-lama dengan al-Qur'an. Dan yang terpenting itu adalah bahwa al-Qur'an itu bukan teks hafalan tetapi teks yang mengandung makna yang sangat dalam, maka yanng terpenting itu adalah memahami maknanya bukan menghafalnya.
Berbicara tentang menghafal Al-Qur'an dalam waktu singkat, pendekatan ini memiliki pro dan kontra. Beberapa orang mungkin mampu menghafal sejumlah halaman Al-Qur'an dalam satu hari, terutama jika mereka memiliki kemampuan daya ingat yang baik dan dedikasi yang tinggi. Namun, untuk sebagian besar orang, proses menghafal Al-Qur'an membutuhkan waktu, kesabaran, dan konsistensi.
Penting untuk diingat bahwa setiap individu memiliki kecepatan pembelajaran yang berbeda. Meskipun ada yang mampu menghafal dengan cepat, hal ini tidak selalu mencerminkan tingkat pemahaman yang mendalam terhadap makna ayat-ayat Al-Qur'an. Seperti yang saya sampaikan, memahami makna Al-Qur'an menjadi aspek yang tak kalah penting. Sangat disarankan untuk mencampurkan antara proses menghafal dan memahami makna Al-Qur'an. Idealnya, seorang penghafal Al-Qur'an juga harus berusaha untuk memahami dan merenungkan makna ayat-ayat yang dihafalnya.
Kombinasi antara menghafal dan memahami akan membantu seseorang untuk lebih menghayati ajaran-ajaran Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai tambahan, memahami konteks, tafsir, dan hadis terkait juga dapat memberikan wawasan yang lebih mendalam terhadap ajaran Al-Qur'an. Dengan demikian, upaya menghafal Al-Qur'an seharusnya tidak hanya terfokus pada kuantitas hafalan, tetapi juga pada kualitas pemahaman dan pengamalan ajaran-ajarannya.
Bersabarlah dalam menuntut ilmu karena sesungguhnya semua itu butuh proses. Sebagaimana perkataan Imam Syafi'i:
"Saudaraku, kamu tidak akan mendapatkan ilmu, kecuali dengan enam perkara, akan aku beritahukan perinciannya dengan jelas : Kecerdasan, ketamakan dalam ilmu, kesungguhan, harta benda, menghormati guru, dan waktu yang panjang."
Penutup
Kesimpulannya ialah meskipun ada pandangan yang mengajukan cara menghafal Al-Qur'an dalam waktu singkat, seperti menghafal 20 halaman dalam satu hari, saya berpendapat bahwa pendekatan ini sebaiknya diimbangi dengan pemahaman mendalam terhadap makna Al-Qur'an. Meskipun Allah SWT telah memudahkan Al-Qur'an untuk dihafal, penting untuk diingat bahwa menghafal bukanlah tujuan utama, melainkan pemahaman dan pengamalan ajaran-Nya. Menghafal Al-Qur'an dalam waktu singkat mungkin dapat dilakukan oleh beberapa orang dengan izin Allah, tetapi kesabaran, konsistensi, dan pemahaman yang mendalam tetaplah kunci. Sebagaimana disarankan, kombinasi antara menghafal dan memahami makna Al-Qur'an akan membantu seseorang lebih menghayati ajaran-Nya dalam kehidupan sehari-hari. Seiring dengan itu, bersabar dalam menuntut ilmu karna itulah kunci kesuksesan dalam menapaki perjalanan menuntut ilmu agama.
LAMPIRAN
Artikel yang ditanggapi:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H