Indonesia memiliki tatanan tektonik yang menyebabkan beberapa daerah menjadi rawan terhadap bencana gempa bumi. Berdasarkan data yang dirangkum oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana menyatakan bahwa telah terjadi 9.693 gempa bumi di wilayah Indonesia pada tahun 2017. Bencana gempa ini hamper 95% terjadi pada daerah sesar dan batas antar lempeng. Kerentanan becana di Indonesia ditentukan oleh beberapa aspek yaitu lokasi komunitas dari pusat ancaman, tingkat kepadatan penduduk, kemiskinan, pendidikan, laju pertumbuhan ekonomi, pendapatan asli daerah, produk domestic regional bruto, dan tenaga kerja.
Kajian geologi dan geofisika menunjukkan daerah Bandung menunjukkan adanya sesar lembang dengan panjang dapat mencapai 29 km. sesar lembang membentang dari kaki Gunung Manglayang sampai pada kawasan Padalarang di Kabupaten Bandung Barat. Sesar Lembang memiliki morfologi yang dikenal dengan fault scrap dengan dinding gawir menghadap ke bagian utara. Menurut Yunarto (2019) menyatakan bahwa kawasan cekungan Bandung memiliki potensi bahaya akibat gempa. Gempa bumi sempat terjadi karena pergeseran sesar lembang dengan kekuatan 3 SR di tahun 1834, 1879, 1910, 2003, seta 2011.
Isu terkini mengenai sesar lembang dikaitkan dengan gempa yang baru-baru ini terjadi yang diakibatkan oleh sesar cimandiri yang letaknya berdekatan dengan sesar lembang. Tersebarnya berita mengenai pernyataan sebelumnya mengakibatkan masyarakat heboh namun alangkah baiknya tetap tenang namun berhati-hati. Menurut Pratama (2021) menyatakan bahwa adanya pembangunan di sekitar sesar lembang dan besarnya jumlah penduduk yang tinggal di daerah tersebut akan memberikan dampak bencana zonasi rawan gempa pada wilayah ini dibagi menjadi tiga yaitu tidak rawan, rawan, serta sangat rawan.
Pernyataan tersebut bermakna bahwa adanya potensi bencana yang dapat terjadi di wilayah ini serta diperlukannya upaya pemerintah yang memiliki peran sebagai pemangku kebijakan untuk lebih memperhatikan bagunan yang ada di sesar lembang agar sesuai dengan kondisi wilayah tersebut.
Prediksi-prediksi mengenai sesar lembang sudah ada sejak tahun 2021 dengan pernyataan bahwa aktivitas sesar ini dapat menimbulkan potensi gempa dahsyat namun pihak BMKG membantah isu tersebut. Status sesar lembang ini dinyatakan masih aktif dan akan mengalami pergerakan setiap tahunnya. Jika terjadi bencana akibat pergerakan patahan di daerah sesar lembang dapat dirasakan oleh Kota Bandung, Cimahi, Kabupaten Bandung, Bandung Barat, Subang, dan Sumedang.
Gempa terakhir yang terjadi pada tahun 2011, BNPB mempersiapkan rencana penanggulangan bencana dengan mempertimbangkan jumlah kepadatan penduduk yang tinggi dengan fasilitas infrastruktur yang dapat mendukung. BMKG juga melakukan permodelan dengan gempa berkekuatan 6,8 SR di zona sesar lembang menunjukkan dampak yang mencapai intensitas VII-VIII yang berarti bencana ini dapat menyebabkan kerusakan ringan pada bangunan dengan konstruksi yang kuat.
Mudrik R. Daryono menyatakan beberapa hal terkait Sesar Lembang yakni, sesar lembang terdiri dari beberapa bagian serta tidak lurus memanjang akan tetapi ada yang berbelok-belok pada bagian tengahnya, sesar lembang menjadi patahan aktif dengan percepatan geser mulai dari 3 mm sampai 5 mm per tahun,. pergerakan ini dapat  dikatakan lambat dan pergeserannya menyesuaikan segmen yang dilewati, Potensi gempa yang dapat terjadi di daerah ini adalah 6,5-7 SR kemungkinan terburuk ini dapat terjadi jika seluruh segmen dari Sesar Lembang ini begerak.
Upaya-upaya mitigasi tentunya harus dilakukan untuk meminimalisir dampak negatif dari bencana yang dapat tejadi, hal ini dijabarkan sebagai berikut: pemetaan detail Fault Repture Hazard Zone jalur dan seksar aktif, menentukan jalur yang aman untuk masyarakat jika terjadi aktivitas sesar lembang, melakukan penyuluhan bagi masyarakat yang tinggal di daerah sesar lembang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H