Mohon tunggu...
Wichdahtul AufaQorina
Wichdahtul AufaQorina Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

dsb

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Lahirnya Organisasi Keagamaan

8 April 2024   02:20 Diperbarui: 8 April 2024   02:30 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

      Nahdatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, dua organisasi keagamaan yang terbentuk pada awal abad ke-20, tampak peranannya dalam perjuangan usaha mempertahankan kemerdekaan. Baik secara keorganisasian maupun individu tokohnya dapat dilihat andil mereka, baik pada masa pra-kemerdekaan maupun pasca-proklamasi kemerdekaan Indonesia. Muhammadiyah sendiri merupakan gerakan pembaruan Islam modern. Sedangkan Nahdatul Ulama merupakan organisasi Islam yang dalam perkembangannya bertransformasi menjadi partai politik. Muhammadiyah didirikan oleh Muhammad Dahlan yang kemudian dikenal sebagai KH. Ahmad Dahlan pada 8 Dzulhijjah tahun 1330 H (18 November 1912) di Yogyakarta. Ideologi Muhammadiyah dapat terlihat dari keyakinan dan cita-cita hidup Muhammadiyah berlandaskan pada Al-Qur'an dan Sunnah. Kedua sumber ini merupakan landasan organisasi Muhammadiyah. Pada awal kemunculannya, organisasi ini menyiarkan kepada masyarakat Islam yang ada di Hindia Belanda (Indonesia saat itu) agar kembali kepada Al-Qur'an dan Sunnah serta meninggalkan segala ibadah yang berhubungan dengan kemusyrikan dan khufarat.

       Nahdlatul Ulama sendiri adalah gerakan dari para ulama-ulama Islam di Indonesia yang dipelopori oleh KH. Hasyim Asy’ari pada Tahun 1926 dari Jombang Jawa Timur. Melalui lembaga-lembaga pendidikan pondok pesantren, Nahdatul Ulama berhasil menanamkan semangat dan watak anti kolonialisme. Dalam perkembangannya NU akhirnya memasuki dunia politik dan bergabung dengan beberapa perkumpulan seperti MIAI, GAPI, Korindo, dan terakhir Partai Masyumi, namun karena banyaknya perbedaan pendapat, akhirnya NU diwarnai dengan partai politik.  Melalui lembaga-lembaga pendidikan pondok pesantren, Nahdatul Ulama berhasil menanamkan semangat dan watak anti kolonialisme. Dalam perkembangannya NU akhirnya memasuki dunia politik dan bergabung dengan beberapa perkumpulan seperti MIAI, GAPI, Korindo, dan terakhir Partai Masyumi, namun karena banyaknya perbedaan pendapat, akhirnya NU diwarnai dengan partai politik.

 Sumber :

https://online-journal.unja.ac.id/siginjai/article/download/18742/14642/62818

https://ejurnal.iainpare.ac.id/index.php/latihan/article/download/1559/762/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun