Teori ekspesif menyatakan bahwa orang memperoleh kepuasan dalam mengungkapkan eksistensi dirinya, dalam arti menampakkan perasaan dan keyakinannya. Komunikasi massa, dalam hal ini media massamempermudah orang untuk berfantasi, melalui identifikasi dengan tokoh-tokoh yang disajikan sehingga orang secara tidak langsung mengungkapkan perasaaannya. Media massa bukan saja hanya membantu orang untuk mengembangkan sikap tertentu, tetapi juga menyajikan berbagai macam permainan untuk ekspresi diri: misalnya teka-teki silang, kontes, novel misterius, acara kuiz televisi.
Teori ego-defensif beranggapan bahwa dalam hidup ini kita mengembangkan citra diri tertentu dan berusaha untuk mempertahankan citra diri ini. Dari media massa kita meperoleh informasi untuk membangun konsep diri kita, pandangan diri kita, dan pandangan kita tentang sifat sifat masusia dan hubungan sosial. Bila kita telah merumuskan konsep-konsep tersebut, komunikasi massa membantu memperkokoh konsep tersebut. Pada saat cita diri mengalami kerusakan, media massa dapat mengalihkan perhatian kita dari kecemasan kita. Dengan demikian komunikasi massa memberikan bantuan dalam melakukan teknik teknik pertahanan ego.
Teori peneguhan memandang bahwa orang dalam situasi tertentu akan bertingkah laku dengan suatu cara yang membawanya pada ganjaran seperti yang telah dialaminya pada masa lalu. Teori ini beranggapan bahwa orang menggunakan media massa karena mendatangkan ganjaran berupa informasi, hiburan, hubungan dengan orang lain, dan sebagainya. Disamping isi media yang menarik, peristiwa menggunakan media sering diasosiasikan dengan suasana menyenangkan; misalnya menonton televisi dilakukan di tengah-tengah keluarga dan membaca buku dikerjakan ditempat sepi dan tenang, jauh dari gangguan.
Teori penonjolan (assertion) memandang manusia sebagai makhluk yang selalu mengembangkan seluruh potensinya untuk memperoleh penghargaaan dari dirinya dan orang lain. Manusia ingin menyampai prestasi, sukses, dan kehormatan. Masyarakat dipandang sebagai suatu perjuangan di mana setiap orang ingin menonjol dari yang lain. Orang menggunakan media massa karna mendapat ganjaran yaitu memperoleh informasi, hiburan, dapat berhubungan dengan orang lain dan sebagainya.
Teori afiliasi (affiliation)Â memandang manusia sebagai makhluk yang mencari kasih sayang dan penerimaan orang lain. Dalam hubungannya dengan gratifikasi media, banyak sarjana ilmu komunikasi yang menekankan fungsi media massa dalam mengubungkan individu dengan individu lain. Laswell menyebutnya fungsi "correlation". Asumsi pokok Katz, Gurevitz, dan Hass adalah pandangan bahwa komunikasi massa digunakan individu untuk menghubungkan dirinya -- melalui hubungan instrumental, afektif, dan integrative -- dengan orang-orang lain (diri, keluarga, kawan, bangsa, dan sebagainya). Isi media menegaskan kembali fungsi khalayak sebagai peserta dalam drama kemanusiaan yang lebih luas. Tidak jarang isi media massa juga dipergunakan orang sebagai bahan percakapan dalam membina interaksi sosial.
Teori identifikasi melihat manusia sebagai pemamin peranan yang berusah memuaskan egonya yang sekaligusmembangun konsep dirinya. Dalam hubungannya dengan komunikasi massa, media massa yang menyajikan cerita fiktif dan faktual, mendorong orang-orang untuk memajukan peranan yang diakui dan berdasarkan gaya tertentu.
Teori peniruan (modeling theories) teori ini hampir sama dengan teori identifikasi, memandang manusia sebagai makhluk yang selalu mengembangkan kemampuasn efektifnya. Tetapi, berbeda dengan teori identifikasi, teori peniruan menekankan orientasi eksternal dalam pencarian gratifikasi. Disini, individu dipandang secara otomatis cenderung ber empati dengan perasaan orang-orang yng diamatinya dan meniru perilakunya. Dalam konteks komunikasi massa, media massa menampilkan berbagai model untuk ditiru oleh khalayaknya. Melalui televisi, orang meniru perilaku idola mereka.
SUDUT PANDANG DI FILM "THE SOCIAL DILEMA"
 Didalam film ini menceritakan seluruh industri teknologi berada di bawah pengawasan tingkat baru study baru mengungkapkan sebuah kaitan antara kesehatan mental manusia terhadap penggunaan sebuah media sosial , puluhan juta warga amerika sangat kecanduan dengan hanphone mereka untuk menggunakan media sosial dan ini sangat mengancam untuk kesehatan mental seluruh warga dunia dalam menggunakan sebuah social media kebanyakan remaja remaja di amerika tidak mendengarkan perkataan ibu nya sendiri karena telah kecanduan social media hingga ahli bedah plastik menamai sindrom baru untuk itu. Kini telah berubah dari era informasi menjadi era disinformasi.
 Tristan Harris merupakan Former Design Ethicist Google ia mengatakan dia berharap lebih banyak orang bisa memahami cara kerjanya karena ini seharusnya bukan hal yang hanya diketahui industri teknologi itu hal yang seharusnya semua orang tau. Ia pun merasa frustasi dengan industri teknologi secara umum karena kita seolah olah tersesat. Ia pun berjuang bagaimana caranya mengubah dari dalam saat itulah ia putuskan membuat sebuah presentasi semacam ajakan untuk bergerak setiap hari ia pulang dan mengerjakan nya selama beberapa jam setiap malam ,pada dasarnya tidak ada 50 desainer dari pria kulit putih berusia 20-35 tahun di california membuat sebuah keputusan yang akan berdampak sekali pada dua miliar orang, dua miliah orang akan mendapat ide yang tak mereka niatkan karena desainer di Googel berkata, "ini cara notifikasi bekerja di layar yang kau lihat saat bangun pagi " Googel pun mempunyai tanggung jawab moral untuk memecahkan permasalahan ini , ia pun mengirim persentasi ini keteman tedekatnya ke 15 sampai dengan 20 orang terdekatnya di Googel iapun sangat gugup dan tidak yakin bagaimana dengan reaksinya kemudian pada hari itu ada 400 penonton serentak jadi persentasi tersebut terus menyebar , lalu ia pun menerima surel dari seisi perusahaan. Orang orang disetiap apartemen berkata, "aku sangat setuju" kulihat ini sangat mempengaruhi anak anak ku dan orang orag di sekitar ku , kita harus melakukan sebuah sesuatu . rasanya iya seperti meluncurkan sebuah revolusi terbaru. Kemudian itu semua sirna.
 Film social dilemma ini sangat mengajarkan kita betapa sangat bahaya nya jika kita terlalu memanfaatkan sebuah teknologi / media sosial menurut saya di film ini jadi mengajarkan kita untuk tidak terlalu terpaku oleh media sosial ataupun teknologi, memang kemajuan teknologi dan perkembengan media sosial membuat kita menjadi candu dan malah ingin menggunakan platform itu semua setiap hari di kehidupan kita sehari hari takut nya apa kalau sehari kita tidak bermain sosisal media contoh nya what sap -- twiter --instagram dan yang lainya pasti ada saja yang akan kurang , terbentuk ya film ini saya sendiri bahwa terlalu sering kita menggunakan sebuah sosial juga itu juga sangat tidak baik gunakan saja seperlunya . Film sosial media ini sangat bagus menurut saya sekian yang bisa saya sampaikan tentang pandangan saya terhadap teknologi informasi dan komunikasi.