Mohon tunggu...
Abrurizal Wicaksono
Abrurizal Wicaksono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bebas

Suka olahraga lari, jalan kaki atau sepeda deket - deket aja..

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Menumbuhkan Budaya Literasi Menuju Indonesia Emas 2045

4 Januari 2025   19:10 Diperbarui: 4 Januari 2025   19:10 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia Emas dengan Literasi | Sumber gambar : dokumen pribadi

Kita perlu menciptakan lingkungan yang mendukung pengembangan literasi. Misalnya, sekolah dan perpustakaan dapat berfungsi sebagai pusat komunitas yang aktif, tempat anak-anak dan remaja dapat berdiskusi, berbagi ide, dan belajar bersama. Selain itu, keluarga juga memegang peranan penting dalam membangun kebiasaan membaca. Orang tua yang gemar membaca akan memberikan teladan positif bagi anak-anak mereka.

Tantangan di Era Digital

Di era digital ini, kita menghadapi tantangan besar berupa banjir informasi dari berbagai platform media sosial. Meski memberikan kemudahan dalam mengakses informasi, media sosial juga membawa risiko penyebaran hoaks dan konten yang tidak mendidik. Menurut survei Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), sekitar 64% masyarakat Indonesia pernah menerima hoaks melalui media sosial. Ini menunjukkan bahwa kemampuan untuk memilah informasi yang valid dan relevan perlu terus ditingkatkan. Salah satu solusinya adalah dengan mengintegrasikan literasi digital ke dalam kurikulum pendidikan nasional. Langkah ini akan membantu generasi muda untuk lebih kritis terhadap informasi dan terhindar dari paparan hoaks.

Membangun Kesadaran Kolektif

Pencapaian visi Indonesia Emas 2045 memerlukan kerja sama dari seluruh elemen masyarakat. Pemerintah, lembaga pendidikan, media, dan masyarakat sipil harus bersinergi dalam menciptakan ekosistem yang mendukung peningkatan literasi. Misalnya, program-program seperti gerakan membaca nasional, pameran buku, atau diskusi literasi dapat menjadi sarana efektif untuk mempromosikan kebiasaan membaca. Selain itu, perlu adanya insentif untuk penulis lokal agar mereka terus termotivasi menciptakan karya berkualitas yang relevan dengan kebutuhan masyarakat.

Penutup

Membaca buku dan meningkatkan literasi bukan hanya tentang menambah wawasan pribadi, tetapi juga berkontribusi pada pembangunan bangsa. Dalam proses ini, kita tidak hanya belajar untuk memahami dunia di sekitar kita, tetapi juga membangun karakter yang lebih bijaksana dan berpikiran terbuka. Seperti yang dikatakan oleh Nelson Mandela, "Pendidikan adalah senjata paling ampuh yang dapat digunakan untuk mengubah dunia." Dengan membangun kebiasaan membaca, kita turut serta mempersiapkan generasi yang siap menghadapi tantangan masa depan dan merealisasikan visi Indonesia Emas 2045.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun