Mohon tunggu...
Abrurizal Wicaksono
Abrurizal Wicaksono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bebas

Suka olahraga lari, jalan kaki atau sepeda deket - deket aja..

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Di Balik Modernitas : Bagaimana Gen Z Peduli Pada Sekitarnya

23 Desember 2024   10:25 Diperbarui: 23 Desember 2024   10:25 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dapur Berantakan | Sumber : dokumen pribadi

Biasanya, saya bukan tipe orang yang gemar mempermasalahkan perilaku generasi mana pun. Tak terkecuali generasi Z yang belakangan ini sering menjadi sorotan. Banyak sekali keluhan dari orang-orang di sekitar saya tentang sikap dan kebiasaan generasi ini, namun saya memilih untuk menutup mata. Alasannya sederhana: saya sendiri berkali-kali mendapatkan rekan kerja atau staf dari generasi Z yang baik, bertanggung jawab, dan berintegritas. Itu cukup untuk memberikan saya sudut pandang yang berbeda.

Namun, kali ini saya merasa perlu bersikap reaktif. Mungkin kesabaran saya telah mencapai batasnya. Dan sayangnya, ini bukan karena pekerjaan atau profesionalisme, tetapi karena hal-hal yang terjadi di lingkungan tempat tinggal saya. Lebih spesifik, di dapur bersama kontrakan tempat saya tinggal.

Dapur Bersama yang Berubah Menjadi Arena Kekacauan

Semua berawal dari dapur bersama yang ada di kontrakan saya. Awalnya, dapur ini menjadi salah satu alasan saya memilih tempat tinggal ini. Kontrakan ini terletak di lokasi yang modern dan strategis, dengan fasilitas yang cukup baik. Namun, kenyataan yang saya alami belakangan ini sangat jauh dari ekspektasi.

Generasi Z yang menjadi mayoritas penghuni di sini seolah tidak memiliki rasa tanggung jawab atau kepedulian terhadap lingkungan bersama. Dapur bersama berubah menjadi tempat yang kumuh dan tidak terawat. Bayangkan saja, tumpukan piring kotor yang tidak dicuci hingga berhari-hari, masakan basi yang dibiarkan membusuk di meja, puntung rokok yang berserakan di lantai, dan sampah yang tidak pernah dibuang.

Puncaknya adalah ketika saya menemukan masakan yang sudah beberapa bulan dibiarkan begitu saja, berjamur dan mengeluarkan bau busuk. Pernah ada seorang penghuni yang diperingatkan untuk lebih menjaga kebersihan, tapi bukannya berubah, dia malah kabur dari kontrakan. Yang lebih parah? Dia membawa beberapa fasilitas kos sebagai "oleh-oleh". Ironis, bukan?

Generasi Z dan Rasa Kepemilikan yang Tumpul

Rasa memiliki adalah hal yang mendasar dalam hidup bermasyarakat. Tanpa rasa memiliki, seseorang cenderung mengabaikan tanggung jawab dan menganggap segala sesuatu sebagai urusan orang lain. Dan inilah masalah utama yang saya temukan pada beberapa anak generasi Z di kontrakan ini. Mereka tidak peduli, tidak merasa bertanggung jawab, dan tampaknya tidak merasa bersalah.

Mungkin ada yang berkata, "Ah, jangan generalisasi! Tidak semua generasi Z seperti itu!" Benar, tidak semua. Saya sendiri sudah mengatakan bahwa saya pernah bekerja dengan anak-anak generasi Z yang luar biasa. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa di lingkungan ini, mayoritas penghuni dari generasi tersebut menunjukkan perilaku yang mengecewakan.

Di mana letak rasa kepedulian mereka? Apakah kebiasaan menatap layar ponsel selama berjam-jam membuat mereka lupa akan dunia nyata? Atau mungkin, konsep tanggung jawab bersama terlalu asing bagi mereka yang terbiasa hidup dalam individualisme digital?

Dari Komplain Hingga Angkat Koper

Pagi ini, saya kembali dibuat kesal. Dapur yang sudah saya bersihkan beberapa hari yang lalu kembali terlihat seperti tempat pembuangan sampah. Tumpukan piring kotor memenuhi wastafel, dan bau tak sedap menyeruak dari arah tempat sampah yang meluap. Saya komplain, tentu saja. Tapi seperti biasa, keluhan saya hanya diterima dengan anggukan kosong tanpa ada tindakan nyata.

Kesabaran saya sudah setipis tisu. Saya mulai serius mempertimbangkan untuk angkat koper dari sini. Kenapa? Karena saya tahu, berapa kali pun saya komplain, tidak akan ada perubahan. Mungkin, kontrakan ini bukan tempat yang tepat bagi orang yang menghargai kebersihan dan tanggung jawab seperti saya.

Refleksi dan Sindiran untuk Generasi Z

Generasi Z sering disebut sebagai generasi yang inovatif, kreatif, dan adaptif. Mereka tumbuh dengan teknologi canggih dan memiliki akses yang luas ke informasi. Namun, apakah semua kelebihan itu berarti jika mereka tidak bisa menjaga hal-hal mendasar seperti kebersihan dan tanggung jawab?

Ini bukan hanya tentang dapur kotor atau sampah yang tidak dibuang. Ini tentang sikap dasar yang mencerminkan bagaimana mereka memandang dunia dan peran mereka di dalamnya. Jika di ruang sekecil dapur bersama saja mereka gagal menunjukkan kepedulian, bagaimana mereka akan berkontribusi pada masyarakat yang lebih besar?

Mungkin, alih-alih terus mengandalkan teknologi untuk menyelesaikan masalah, generasi Z perlu kembali belajar tentang nilai-nilai dasar. Tentang pentingnya bekerja sama, tentang rasa memiliki, dan tentang tanggung jawab terhadap hal-hal kecil yang seringkali luput dari perhatian.

Akhir Kata

Saya tidak ingin menyalahkan generasi Z sepenuhnya. Toh, mereka hanyalah produk dari lingkungan dan pendidikan yang mereka terima. Namun, bukan berarti mereka bisa lepas tangan. Setiap generasi memiliki tantangan dan tanggung jawabnya masing-masing. Dan untuk generasi Z, mungkin tantangan terbesar mereka adalah belajar untuk peduli.

Jadi, untuk anak-anak generasi Z yang mungkin membaca tulisan ini, izinkan saya memberikan pesan sederhana: Jangan biarkan kesan modernitas membuat kalian melupakan nilai-nilai dasar. Kebersihan bukan hanya tanggung jawab ibu kos atau penghuni lain. Kebersihan adalah cerminan dari bagaimana kalian menghormati diri sendiri dan orang-orang di sekitar kalian.

Dan untuk saya sendiri, mungkin inilah saatnya untuk mencari tempat tinggal baru. Tempat di mana dapur bersama benar-benar menjadi tempat yang bersih dan nyaman, bukan sekadar arena kekacauan. Semoga saja, di tempat yang baru nanti, saya bisa kembali menemukan generasi Z yang bertanggung jawab dan peduli, seperti yang pernah saya kenal di masa lalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun