Salah satu tantangan utama menggunakan motor ini adalah ketersediaan suku cadang. Tidak seperti merek populer lainnya yang menawarkan beragam opsi, termasuk suku cadang KW dengan harga murah, Suzuki lebih banyak menyediakan produk asli (original). Harga suku cadang yang cenderung lebih mahal memaksa kita untuk lebih bijak dalam merawat motor dan memutuskan perbaikan. Ini melatih kesabaran dan perencanaan jangka panjang---dua hal yang menjadi inti slow living. "Nek ora sabar, wis ndang tuku merk sebelah wae sing gampang golek onderdile. Ora usah makai Suzuki. Sing penting ora sambat wae le, ra cocok kowe!"
Pengalaman ini menjadi pengingat bahwa segala sesuatu dalam hidup tidak selalu bisa berjalan cepat atau instan. Ketika Anda memiliki motor Suzuki, Anda tidak hanya "menggunakannya"; Anda merawatnya, memikirkan detail-detail kecil, dan menerima bahwa proses itu sendiri adalah bagian dari kenikmatan.
Menikmati Proses, Bukan Hanya Hasil
Salah satu hal menarik dari Suzuki Hayate adalah ia mengajarkan untuk menikmati perjalanan, bukan sekadar sampai di tujuan. Dengan bensin yang boros dan tantangan mencari bengkel resmi, Anda belajar untuk mempersiapkan segalanya lebih baik. Misalnya, Anda harus lebih memperhatikan kapan waktu servis terakhir, bagaimana kondisi mesin, hingga mengantisipasi jika ada komponen yang mulai aus. Semua ini adalah proses yang, jika dijalani dengan sabar, memberikan rasa kepuasan tersendiri. "Ora mung kenceng tur tekan, nanging carane tekan iku sing kudu dinikmati."
Di sisi lain, motor ini juga membantu Anda untuk lebih selektif dalam berkendara. Ketika bensin menjadi lebih mahal, Anda akan cenderung merencanakan perjalanan dengan lebih hati-hati, menghindari perjalanan yang tidak perlu, dan pada akhirnya lebih menikmati setiap kilometer yang Anda tempuh.
Kendaraan Biasa dengan Pelajaran Luar Biasa
Bagi banyak orang, motor hanya alat transportasi. Namun, bagi saya, Suzuki Hayate 125 adalah lebih dari itu. Ia adalah pengingat bahwa kecepatan bukanlah segalanya. Terkadang, hidup perlu dijalani dengan lebih pelan untuk menemukan kebahagiaan dalam detail-detail kecil. Motor ini mengajarkan saya untuk memperhatikan hal-hal yang sering terlewatkan, dari merawat kendaraan hingga menghargai waktu yang saya habiskan di perjalanan.
Pilihan untuk kembali menggunakan Suzuki Hayate mungkin tidak populer, tetapi justru di situlah letak keistimewaannya. Dalam dunia yang serba cepat ini, memiliki sesuatu yang mengingatkan kita untuk melambat adalah sebuah anugerah. Jadi, jika Anda mencari cara untuk mempraktikkan slow living dalam kehidupan sehari-hari, mungkin inilah saatnya mempertimbangkan kendaraan seperti Suzuki Hayate. Karena pada akhirnya, perjalanan itu sendiri yang memberi makna, bukan seberapa cepat Anda mencapainya. "Kowe wani, ayo melu kene, Hayate-an Club!"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H