Lantas, bagaimana solusinya?
1. Peningkatan Seleksi Guru Honorer: Proses seleksi harus lebih ketat, memastikan hanya mereka yang benar-benar kompeten yang bisa mengajar.
2. Pelatihan Berkelanjutan: Guru honorer harus diberikan pelatihan berkala untuk meningkatkan kemampuan mereka.
3. Insentif Berdasarkan Wilayah: Berikan insentif tambahan bagi guru yang mau ditempatkan di daerah terpencil atau memiliki beban kerja yang lebih berat.
Kita sering menyalahkan pemerintah atas rendahnya gaji guru honorer, tetapi sudahkah kita introspeksi? Banyak lulusan keguruan yang tidak siap mengemban amanah menjadi pendidik. Proses pendidikan mereka sendiri sering kali asal-asalan. Maka, hasilnya pun tidak optimal.
Selain itu, perlu diingat bahwa guru bukanlah sekadar profesi, melainkan panggilan jiwa. Kalau orientasinya hanya uang, maka kita kehilangan makna dari profesi mulia ini.
Pendidikan Indonesia memang masih banyak PR-nya. Guru adalah elemen penting dalam proses ini, tetapi mari kita pastikan bahwa mereka yang mendidik adalah yang terbaik. Jangan sampai karena orientasi gaji, kualitas anak-anak kita yang menjadi taruhannya.
Jadi, sebelum bermimpi menciptakan Indonesia Emas 2045, ayo bangun dulu sistem pendidikan yang kokoh. Dan untuk itu, kita semua harus kerja keras---guru, pemerintah, dan masyarakat. Kalau cuma ngimpi? Ngimpi sek, mas. Wong mimpi ora bayar!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI