Mohon tunggu...
Abrurizal Wicaksono
Abrurizal Wicaksono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bebas

Suka olahraga lari, jalan kaki atau sepeda deket - deket aja..

Selanjutnya

Tutup

Diary

Kembali ke Desa yang Ternyata Tak Menyenangkan

25 Agustus 2024   07:21 Diperbarui: 25 Agustus 2024   07:23 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pasca tidak bekerja di Jakarta bulan Agustus ini, saya memilih untuk segera pulang ke Bogor tepatnya di Sukamakmur. Sukamakmur mungkin pernah menjadi bagian dari cerita saya di Kompasiana beberapa tahun lalu, waktu itu saya mengkritisi terkait dengan pembangunan infrastruktur yang tidak jelas itu. 

Dan setelah dua tahun menulis tersebut, sampai saat ini pembangunan infrastruktur sekelas jalanan umum saja tak kunjung usai. Padahal jika Anda mencari lokasi - lokasi wisata yang viral di Bogor terutama dengan kata kunci Sukamakmur, Puncak Dua dan beberapa kata kunci lainnya itu banyak sekali pilihan lokasi wisata. Sayangnya ya lagi - lagi pemerintah setempat terutama pemerintah kabupaten lebih memilih mengandalkan pemerintah pusat, kebiasaan disuapi yang tak kunjung berakhir. Melelahkan!

Jika Anda berpikir kembali ke desa mungkin akan menyenangkan, bayangan menikmati alam desa disertai minimnya polusi udara serta jarangnya kemacetan maka Anda harus siap - siap melupakan atau mungkin perlu bangun dengan melihat realita yang ada. Sukamakmur, kecamatan yang saya tinggali sekarang mungkin sudah jauh dari kata ideal untuk istirahat dan juga menenangkan diri ini pasca layoff. 

Cuaca yang makin kesini makin ngawur (panas sekali) karena ruang hijau yang mulai berkurang, polusi dari debu dan juga kendaraan yang makin banyak hingga minimnya kesempatan untuk berkembang baik berusaha mandiri atau bekerja. Berikut ini penjabaran dari pengamatan saya setelah beberapa waktu kembali ke desa yang ternyata tidak menyenangkan juga.

Minimnya Ruang Hijau

Ruang hijau di Sukamakmur selama beberapa tahun ini mengalami transformasi. Pembukaan kavling dan juga marak sekali penjualan kavling untuk ditempati otomatis akan mengubah dari lahan produktif seperti sawah menjadi rumah. Yang dulu biasanya saya dan anak istri bisa melihat sawah atau sejuknya udara di Sukamakmur, kini hanyalah cerita. 

Saat pagi hari seperti ini mungkin masih mending ya sekitar 21 derajat, namun masuk jam 10 pagi hingga jam 12 siang saya sarankan Anda tetap di rumah saja. Cuaca yang mencapai 33 derajat bahkan terkadang lebih membuat siapapun enggan untuk keluar rumah.

Macet, Terutama Weekend

Saat akhir pekan biasanya kita melihat di televisi atau mungkin dari smartphone untuk melihat kemacetan di beberapa lokasi wisata. Hal yang sama juga terjadi di Sukamakmur, pasca pembenahan infrastruktur (meski belum selesai - selesai sampai saat ini) ternyata membuat wisatawan membludak sangat signifikan. 

Rencana pemerintah untuk menggantikan kawasan wisata Puncak di Ciawi dengan di Sukamakmur sebagai Puncak Dua disertai viralnya beberapa lokasi wisata disini praktis membuat kemacetan menjadi hal yang menyebalkan. Sebagai warga di desa ini, saya memilih untuk tetap di rumah saat akhir pekan atau mungkin saat libur hari raya. Kemacetannya luar biasa!

Minimnya Lapangan Pekerjaan Untuk Tenaga Kerja Berpengalaman

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun