Halo semuanya, apa kabar teman - teman Kompasiana. Tak terasa sudah hampir dua tahun saya meninggalkan Kompasiana dikarenakan kesibukan di dunia nyata. Selama hampir dua tahun tersebut saya kembali merasakan bekerja menjadi orang kantor pada umumnya dan membuat mata saya kembali terbuka setelah kembali menjadi pekerja lepas lagi kini. Ya untuk selanjutnya, saya belum begitu tahu arah karir ini kemana lagi mengingat perekonomian yang gonjang ganjing ditambah kantor kemarin banyak mengalami pengurangan karyawan, praktis dua tahun kemarin seperti membuat saya berpikir apakah salah ya jika kita berusia memasuki angka 30 dan tinggal di Indonesia?
Pasca pengurangan karyawan dan dampaknya tidak hanya ke saya, saya semakin berpikir keras bahwa dalam dunia kerja di Indonesia ini ada yang salah dan tidak beres. Pembatasan usia kerja selalu menjadi sorotan saya ketika kembali menyortir beberapa lamaran pekerjaan. Selalu ada batas maksimal dan juga persyaratan yang terkadang membuat saya makin menggelengkan kepala. Persyaratan seperti usia maksimal sekian, status belum menikah hingga penampilan. Ini maksudnya untuk orang seperti saya yang sudah usia 30++ apakah sudah tidak butuh pekerjaan lagi? Apakah untuk usia 30++ ini tidak boleh bekerja di level yang entry sekalipun? Pertanyaan demi pertanyaan seakan mengalir setiap menyortir lamaran tersebut membuat saya yakin, jangan berharap tinggal di Indonesia dan bekerja di saat usia Anda memasuki usia 30 tahun.Â
Ada pengalaman menarik ketika saya mencoba memasukkan lamaran pekerjaan baru - baru ini, saat itu seperti biasa sebelum memasukkan lamaran saya akan membaca persyaratan dan juga dokumen yang dibutuhkan. Saya baca secara seksama bahwa posisi ini untuk posisi senior, dokumen yang dibutuhkan dan juga sertifikasi sudah saya sertakan. Dan ketika saya sudah melamar, beberapa waktu kemudian saya mendapatkan kabar di email bahwa lamaran saya ditolak. Usut punya usut jawaban di email tersebut tentu dengan template khasnya menyebutkan bahwa kualifikasi tidak sesuai. Saya hanya tersenyum simpul, seteliti apapun kita dalam membaca dan memenuhi kualifikasi bisa saja menjadi tidak lolos. Entah dari segi pengalaman, segi usia bahkan yang kadang membuat saya gemas adalah masih ada beberapa perusahaan yang kaku dalam menerapkan batasan untuk posisi senior tapi harus dari spesifikasi jurusan tertentu. Seakan - akan pengalaman di beberapa pekerjaan itu tidak berguna lagi.
Batasan demi batasan yang diterapkan oleh perusahaan belakangan ini sebenarnya jika dilihat dari operasional perusahaan dalam jangka waktu pendek hingga jangka panjang akan menimbulkan efek yang signifikan. Pada jangka pendek, mendapatkan tenaga kerja untuk posisi entry level dengan batasan usia memang akan menimbulkan keuntungan dalam jangka waktu tersebut. Namun, pada jangka panjang pergantian tenaga kerja di posisi entry level juga membutuhkan biaya tidak sedikit terutama dari segi pelatihan hingga beberapa biaya lainnya misal biaya iklan hingga biaya - biaya tak terduga lainnya. Untuk posisi senior mungkin akan ada jenjang karir, sayangnya dengan pengetahuan saya yang terbatas ini seringkali jarang ditemukan posisi dari entry level berlanjut sampai ke tahapan selanjutnya. Mentok habis kontrak ya pindah tempat kerja lagi dan lagi.
Dengan melihat kenyataan yang ada ditambah akhirnya saya mengalami sendiri, pada akhirnya mungkin kita seringkali berpikir nakal ya. Apakah kita tidak usah tinggal di Indonesia begitu usia 30++? Pembatasan usia kerja dan kadangkala melihat pejabat - pejabat di Indonesia berkoar - koar Indonesia Emas 2045, saya rasa perlulah kita revisi menjadi Indonesia (c)Emas 2045. Sulitnya mendapatkan pekerjaan dikarenakan diskriminasi usia membuat rasa optimis berubah menjadi pesimis. Yah begitulah di Indonesia, mau bagaimana lagi?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H