Mohon tunggu...
Ridho R Wicaksana
Ridho R Wicaksana Mohon Tunggu... -

Seorang mahasiswa yang sedang membuka jalur masa depannya.

Selanjutnya

Tutup

Money

Good Company, Bad Stock PT Wijaya Karya Tbk (WIKA)

20 Desember 2017   23:51 Diperbarui: 21 Desember 2017   01:06 2898
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PT Wijaya Karya Tbk terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan kode emiten WIKA. Perusahaan memulai perdagangan sahamnya pada 29 Oktober 2007. Persentase kepemilikan saham perusahaan terbagi menjadi dua kelompok. Pemerintah Indonesia sebagai pemegang saham terbesar yaitu 65,1049% dan sisanya diberikan kepada public sebesar 34,951% (RTI Business).

Selama perdagangan saham perusahaan di Bursa Efek Indonesia hingga saat ini, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) termasuk kedalam kategori Good Company & Bad Stock. Terdapat beberapa alasan mengapa penulis menyebut WIKA seperti itu. Pada pembahasan kedepannya, penulis akan menjelaskan mengapa emiten dikatakan Good Company dan Bad Stock.

GOOD COMPANY

Emiten WIKA dikatakan Good Company setelah penulis melihat beberapa kondisi perusahaan seperti reputasi/penghargaan yang pernah didapatkan, laba bersih yang didapatkan, dan kebijakan pembayaran dividen kepada pemegang saham. Perusahaan mempunyai reputasi yang baikdengan adanya pencapaian berupa penghargaan seperti 1st Rank Indonesia Best Practices of Corporate University 2016 -- Category Learning Delivery, Best CFO in Indonesia, Best Senior Management Investor Relation Support 2016, dan Best Sustainability Report 2015 Category Infrastructure. Selanjutnya, indikator laba bersih yang dihasilkan menjadi tolak ukur bagaimana kinerja perusahaan selama kurun waktu tahunan. Dari tahun 2013 hingga 2017 kuartal III terlihat laba bersih WIKA bergerak fluktuatif dari tahun ke tahun dengan condong kepada tren positif. Pada tahun 2017 kuartal III tercatat laba bersih yang dihasilkan sebesar Rp 682.638 juta. Dengan berlandaskan pembayaran dividen tiga tahun terakhir yaitu 2014 hingga 2016, terlihat bahwa emiten WIKA selalu melakukan pembayaran dividen kepada pemegang saham. Besarannya berubah-ubah dengan tren positif dari 20,03 ke 33,86. Hal ini menandakan kesehatan perusahaan terutama keuangan internal yang mencukupi untuk ekspansi bisnis atau evaluasi tahunan dan menangani biaya-biaya lain terkait risiko bisnis.

BAD STOCK

Meskipun, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) merupakan Good Company, tetapi kinerjanya dilantai Bursa Efek Indonesia tidak sebagus itu. Penulis dapat mengatakan emiten WIKA tergolong kepada Bad Stock dengan melihat pergerakan harga saham dan Price to Book Value (PBV). Pergerakan harga saham WIKA dari Januari 2017 hingga Desember berjalan ialah berada pada tren yang negatif. Pada Januari harga saham Rp 2.570 dan pada Desember berjalan ialah Rp 1.580, terdapat penurunan yang cukup besar yaitu Rp 990 per lembar saham atau 38,5%. Selanjutnya, Price to Book Value (PBV) yang dimiliki WIKA berada dibawah rata-rata PBV subsektor konstruksi dan bangunan.  PBV yang dimiliki oleh WIKA ialah sebesar 1,07 sedangkan rata-rata PBV subsektor ialah 2,87. Hal ini menandakan bahwa emiten WIKA tidak diapresiasi tinggi seperti rata-rata emiten dapatkan pada industri tersebut.

2.1 ANALISA MAKROEKONOMI

 Analisa ekonomi makro menjadi hal penting untuk dilakukan. Kondisi perekonomian suatu wilayah dapat menjadi ranah pembahasan. Emiten yang bersangkutan merupakan perusahaan yang berada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sehingga perlu diketahui lebih dalam bagaimana perekonomiannya. Pembahasan analisa ekonomi makro memerlukan data-data yang lengkap dan dapat dipercaya.

 Mengetahui pertumbuhan ekonomi akan menggambarkan bagaimana aktivitas bisnis yang terjadi. Dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2017 keadaan perekonomian Indonesia cenderung meningkat. Pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,06 persen tidak terlepas dari adanya peningkatan dibeberapa sektor yang mendukungnya seperti meningkatnya kinerja ekspor dan investasi, serta konsumsi relatif terjaga dengan baik.Melihat jumlah pengangguran akan merefleksikan permintaan lapangan kerja dan kecenderungan daya beli masyarakat.Dari tahun 2015 sampai dengan 2017 Tingkat Pengangguran Terbuka di Indonesia mempunyai tren cenderung menurun. Pada Februari 2015 nilai sebesar 5,81 persen dari total angkatan kerja, hingga Agustus 2017 telah turun sebanyak 0,31 persen dengan nilai 5,5 persen.Hal ini merupakan suatu pertanda positif hasil dari pertumbuhan ekonomi yang cenderung meningkat. Pergerakan harga barang yang ada di masyarakat terefleksikan oleh inflasi. Pergerakan tingkat inflasi pada tiga tahun terakhir yaitu tahun 2015 sampai November 2017 mempunyai tren yang negatif.

Terhitung dari awal tahun 2017 saja, pergerakan suku bunga BI 7-day Reverse Repo Rate telah menurun sebanyak 0,50% dari 4,75%. Penurunan ini menandakan bahwa pemerintah melalui kebijakan moneternya, ingin mendorong adanya pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Bank-bank umum atau swasta diharapkan akan menyalurkan dana kreditnya kepada masyarakat karena besaran bunga mengalami penurunan.Selanjutnya, Survei Konsumen Bank Indonesia mengindikasikan bahwa Indeks Kepercayaan Konsumen Indonesia mempunyai kecenderungan positif di tahun 2017. Sejak Januari 2017 hingga November 2017 terlihat bahwa ada naik turunnya angka indeks dari 115,3 hingga 122,1. Peningkatan ini mencerminkan membaiknya konsumsi rumah tangga.

2.2 ANALISA INDUSTRI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun