Sayangnya, kebahagiaan gue cuma sekejap. Bus yang ditunggu Rona akhirnya datang. Dia pun pamit sama gue.
"Gue duluan ya mer!"
"Eh, iya. Hati-hati," jawab gue.
Bus itu pun melaju, membawa serta Rona dan secercah harapan gue. Tapi, gue nggak nyerah. Mulai hari itu, gue bertekad buat lebih dekat sama Rona. Gue mulai sering nyapa dia di sekolah, pinjemin buku catatan, bahkan nawarin diri buat nemenin dia ke kantin.
Perlahan tapi pasti, gue ngerasa Rona mulai terbuka sama gue. Dia nggak sungkan lagi cerita tentang masalahnya, bahkan  curhat tentang gebetannya (tertawa tapi terluka).
Meskipun gebetannya bukan gue, gue tetep setia jadi pendengar yang baik. Siapa tahu kan, suatu saat nanti Rona bisa ngelihat gue lebih dari sekadar teman. Lagian, kata pepatah, "jodoh nggak akan ke mana." Semoga aja pepatah itu berlaku juga buat gue dan Rona.
Doain ya guys!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H