Mohon tunggu...
Abdul Muis Ashidiqi
Abdul Muis Ashidiqi Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer

Hobi rebahan, cita-cita jadi sultan, tapi masih suka jajan cilok di pinggir jalan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rezeki Anak Sholeh

5 Januari 2025   21:00 Diperbarui: 5 Januari 2025   19:51 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kegiatan Raka (www.pexels.com)

Jarum jam di dinding kosan sudah menunjuk angka dua dini hari. Kopi hitam pekat di cangkirku sudah dingin, sama dinginnya dengan udara malam yang menusuk tulang. Tapi, mata ini masih enggan terpejam. Maklum, deadline tugas kuliah sudah di depan mata, numpuk seperti tumpukan baju kotor di pojok kamarku. Ah, hidup mahasiswa!

Namaku Raka, mahasiswa tingkat akhir jurusan Teknik Mesin di salah satu universitas negeri. Anak rantau dari desa kecil di ujung Jawa Timur. Hidupku sederhana, bahkan bisa dibilang pas-pasan. Bapakku seorang petani, ibuku guru SD. Uang kiriman dari orang tua cukuplah untuk makan dan bayar kosan, itupun harus irit. Untuk tambahan, aku kerja sambilan jadi tukang ojek online.

"Wes, daripada bengong, mending lanjut ngerjain tugas akhir," 

Laptop butut warisan kakakku lah yang jadi andalanku. Berkali-kali harus aku restart karena nge-hang. Sering banget bikin emosi, sampai ingin kubanting ke lantai. Tapi, mau bagaimana lagi? Laptop itu satu-satunya senjataku untuk menyelesaikan kuliah.

"Bismillah... Semangat Ka! Kamu pasti bisa!" gumamku menyemangati diri sendiri.

Hidupku memang tak mudah. Selain kuliah dan kerja sambilan, aku juga aktif di organisasi kampus.  Jadwalku padat merayap. Pagi kuliah, siang ngojek, sore rapat organisasi, malam ngerjain tugas. Tidur? Ah, itu urusan nanti! Yang penting, semua tanggung jawab selesai.

Pernah suatu hari, aku benar-benar kehabisan uang. Dompetku lebih tipis daripada kertas HVS. Jangankan buat bensin, buat bayar parkir saja tidak ada. Aku terpaksa puasa seharian. Malamnya, aku dapat orderan ojek mengantar seorang ibu ke rumah sakit. Ternyata, ibu itu hendak melahirkan. Sesampainya di rumah sakit, ibu itu  memberiku uang lebih sebagai ucapan terima kasih. Aku terharu. Rezeki memang tak disangka-sangka datangnya.

"Rezeki anak sholeh," batinku sambil tersenyum.

Tak jarang aku merasa lelah, jenuh, bahkan hampir putus asa. Apalagi kalau melihat teman-temanku yang hidup enak, bisa hura-hura, nongkrong di kafe, dan liburan ke luar kota. Aku hanya bisa menghela napas panjang. Kadang iri, tapi aku selalu ingat pesan Bapakku, "Nak, hidup itu perjuangan. Jangan mudah menyerah. Kejar cita-citamu setinggi langit. Bapak dan Ibu selalu mendoakanmu."

Pesan itulah yang selalu menguatkanku. Aku yakin, setiap perjuangan pasti ada hasilnya. Aku bertekad untuk lulus kuliah dengan nilai terbaik dan membanggakan orang tuaku. Aku ingin mengubah nasib keluargaku. Aku ingin membuktikan bahwa anak desa pun bisa sukses.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun