Mohon tunggu...
Abdul Muis Ashidiqi
Abdul Muis Ashidiqi Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer

Hobi rebahan, cita-cita jadi sultan, tapi masih suka jajan cilok di pinggir jalan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hujan, Kopi, dan Bapak

5 Januari 2025   18:40 Diperbarui: 5 Januari 2025   18:35 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto daun yang terkena hujan (www.pexels.com)

Rintik hujan selalu punya cara untuk membangkitkan kenangan. Seperti sore ini, saat gerimis tipis membasahi halaman, aroma tanah basah menyeruak masuk ke beranda rumah. Aku duduk di kursi kayu tua kesayangan Bapak, menyeruput kopi pahit yang dulu selalu beliau seduh. Ah, Bapak...

Sudah tiga tahun Bapak pergi, dipanggil Sang Pencipta setelah bergulat panjang dengan penyakitnya. Tapi, rasanya baru kemarin beliau duduk di sini, di kursi ini, menemani soreku dengan cerita-ceritanya.

Kopi ini, dulu selalu Bapak bilang, adalah teman setia di kala hujan. "Nikmati saja, Nak," katanya sambil tersenyum, "rasakan setiap tegukannya, resapi kehangatannya. Kopi ini, seperti kehidupan, ada pahit, ada manisnya."

Dulu, aku hanya manggut-manggut, tak begitu paham. Sekarang aku mengerti. Kopi pahit ini mengingatkanku pada Bapak, pada canda tawanya, pada nasihat-nasihat bijaknya, pada pelukan hangatnya. Pahit, karena kehilangannya masih terasa menyesakkan. Manis, karena kenangan tentangnya akan selalu ada di hatiku.

Bapak itu orangnya sederhana. Tak pernah neko-neko. Hidupnya dihabiskan untuk keluarga. Bekerja keras dari pagi hingga sore di sawah, memastikan kami anak-anaknya bisa sekolah dan makan enak.

Ingat sekali aku, waktu kecil dulu, sering sekali merengek minta dibelikan mainan. Bapak tak pernah marah. Dengan sabar, beliau akan mengajakku ke sawah, menunjukkan padinya yang menguning, "Lihat, Nak, padi ini harus kita rawat dengan baik. Nanti kalau sudah panen, Bapak belikan mainan ya?"

Dan aku, bocah kecil yang polos, akan melonjak kegirangan. Lupa sudah dengan rengekanku tadi.

Bapak juga suka bercerita. Setiap malam, sebelum tidur, beliau akan menceritakan dongeng tentang apa saja. Kisah pewayangan, cerita rakyat, sampai dongeng karangannya sendiri. Suara Bapak yang berat, dengan logat Jawa yang kental, selalu berhasil membuatku tertidur lelap.

Kadang, kalau sedang senggang, Bapak akan mengajakku memancing di sungai. Sambil menunggu ikan memakan umpan, beliau akan bercerita tentang masa mudanya, tentang cita-citanya yang tak tercapai, tentang kisah cintanya dengan Ibu.

Ah, Bapak...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun