Mohon tunggu...
Abdul Muis Ashidiqi
Abdul Muis Ashidiqi Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer

Hobi rebahan, cita-cita jadi sultan, tapi masih suka jajan cilok di pinggir jalan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Badan Bank Tanah: Menyulam Asa di Desa Sukatani

2 Januari 2025   08:10 Diperbarui: 2 Januari 2025   08:04 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto kopi oleh Gundula Vogel (www.pexels.com)

Mentari pagi menyembul malu-malu di balik Gunung Arjuna, menyapa Desa Sukatani yang masih berselimut kabut tipis. Embun pagi membasahi dedaunan, menyisakan bulir-bulir kristal yang berkilauan diterpa sinar mentari. Di beranda rumahnya yang sederhana, Pak Lurah menyeruput kopi pahitnya, pikirannya menerawang jauh, membayangkan masa depan desanya yang lebih gemilang.

"Ah, kapan ya Desa Sukatani bisa maju seperti desa-desa wisata lainnya?" gumamnya resah dalam hati.

Desa Sukatani memang dianugerahi alam yang indah. Hamparan sawah yang hijau, sungai yang jernih, dan air terjun yang mempesona, semua ada di sana. Sayangnya, potensi alam yang melimpah itu belum bisa dimanfaatkan secara optimal. Lahan pertanian semakin sempit karena banyak warga yang menjual tanahnya kepada investor.

"Mau bagaimana lagi? Tanah saya cuma sepetak, hasil panennya nggak seberapa. Mending dijual, lumayan buat modal usaha," keluh Pak Warno, petani yang terpaksa menjual sawahnya.

Pak Lurah hanya bisa menghela napas. Ia paham betul, himpitan ekonomi seringkali memaksa warga untuk melepas tanah mereka. Konflik agraria pun kerap terjadi, menambah rumit permasalahan di desa.  Keinginan untuk membangun desa wisata, meningkatkan kesejahteraan warga, hanya tinggal angan-angan belaka.

Di tengah kegalauan itu, Pak Lurah mendengar kabar tentang Badan Bank Tanah. Sebuah lembaga yang dibentuk pemerintah untuk mengelola tanah, baik itu tanah milik negara, maupun tanah-tanah yang ditelantarkan oleh pemiliknya. Lembaga ini bagai angin segar yang membawa harapan baru bagi Desa Sukatani.

"Wah, ini bisa jadi solusi!" seru Pak Lurah, semangatnya kembali menyala.

Ia pun segera mengumpulkan warga, menjelaskan tentang Badan Bank Tanah dan manfaatnya bagi desa. Warga yang awalnya skeptis, lama-lama  tertarik  juga. Bayangkan, Badan Bank Tanah ini bisa menyediakan lahan untuk pertanian, peternakan, bahkan fasilitas umum seperti sekolah, puskesmas, dan balai desa.

"Kalau begitu, kita bisa punya lahan pertanian yang luas lagi Pak Lurah?" tanya Bu Parmi dengan semangat.

"Tentu saja Bu Parmi! Kita bisa ajukan permohonan ke Badan Bank Tanah untuk mendapatkan hak pengelolaan lahan. Nanti, hasil panennya bisa kita jual untuk meningkatkan pendapatan desa," jawab Pak Lurah antusias.

Tak hanya itu, Badan Bank Tanah juga bisa membantu menyelesaikan konflik agraria yang selama ini membelenggu desa. Tanah-tanah yang disengketakan bisa dikelola oleh Badan Bank Tanah, kemudian didistribusikan secara adil kepada warga yang berhak.

"Wah, kalau begitu, kita nggak perlu lagi ribut-ribut soal batas tanah Pak Lurah?" celetuk Pak Gito, yang selama ini berselisih dengan tetangganya.

"Betul Pak Gito! Semua bisa diselesaikan dengan baik. Badan Bank Tanah akan menjadi penengah yang adil," jawab Pak Lurah mantap.

Harapan pun mulai tumbuh di hati warga Desa Sukatani. Mereka membayangkan desanya yang asri, lahan pertanian yang subur, peternakan yang maju, dan fasilitas umum yang memadai. Mimpi untuk membangun desa wisata pun kembali bersemi.

"Kita bisa bangun homestay, restoran, dan toko souvenir Pak Lurah! Wisatawan pasti betah berlama-lama di desa kita," usul Mbak Ani, pemilik warung kecil di desa Sukatani.

"Ide bagus Mbak Ani! Kita bisa manfaatkan potensi alam kita untuk menarik wisatawan. Dengan begitu, kesejahteraan warga pasti akan ikut meningkat," timpal Pak Lurah.

Tentu saja, Badan Bank Tanah bukanlah solusi yang instan. Masih banyak tantangan yang harus dihadapi. Kordinasi antar lembaga, pendataan tanah, dan transparansi dalam pengelolaan menjadi kunci keberhasilan. Namun, dengan semangat gotong royong dan dukungan dari semua pihak, Pak Lurah yakin, Badan Bank Tanah akan menjadi instrumen ampuh untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat, khususnya di Desa Sukatani.

Di bawah langit senja yang memerah, Pak Lurah kembali menyeruput kopi pahitnya. Kali ini, rasa pahit itu bercampur dengan semangat optimisme. Ia membayangkan Desa Sukatani di masa depan, desa yang makmur, adil, dan sejahtera, berkat peran penting Badan Bank Tanah. Mimpi itu mungkin masih sangat jauh, tapi Pak Lurah yakin, selama ada tekad dan kerja keras, mimpi itu pasti akan menjadi kenyataan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun