Mohon tunggu...
Abdul Muis Ashidiqi
Abdul Muis Ashidiqi Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer

Seorang sarjana sains dari Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Memiliki minat dalam bidang desain grafis dan kepenulisan, dalam bidang desain, telah berhasil meraih beberapa pencapaian, antara lain sebagai juara favorit lomba desain poster di Ikatan Himpunan Mahasiswa Biologi Indonesia (2020) dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (2015).

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kemandirian Vs Komitmen, Dilema Generasi Muda dalam Menikah

6 November 2024   18:51 Diperbarui: 6 November 2024   19:07 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dulu, menikah muda adalah hal yang lumrah. Namun, kini, banyak anak muda yang menunda pernikahan atau bahkan memilih untuk tidak menikah sama sekali. Apa yang menyebabkan perubahan drastis ini? Apakah cinta telah dikalahkan oleh ambisi? Atau ada faktor lain yang lebih kompleks di balik fenomena ini?

Kemandirian dan Perubahan

Tidak dapat dipungkiri bahwa meningkatnya kemandirian individu, terutama di kalangan generasi muda, menjadi salah satu faktor dominan dalam penurunan angka perkawinan. Kemandirian ini mencakup berbagai aspek, mulai dari finansial, karier, hingga personal.

  • Kemandirian Finansial: Dengan semakin banyaknya perempuan maupun laki-laki yang memiliki karier yang mapan, mereka merasa lebih percaya diri untuk menunda pernikahan hingga mencapai stabilitas finansial yang diinginkan.
  • Kemandirian dalam Pengambilan Keputusan: Generasi muda saat ini lebih kritis dan mandiri dalam mengambil keputusan hidup. Mereka tidak lagi merasa tertekan oleh norma sosial yang mengharuskan menikah di usia tertentu.
  • Fokus pada Pengembangan Diri: Banyak anak muda yang memilih untuk fokus pada pendidikan, karier, dan pengalaman hidup sebelum berkomitmen dalam pernikahan.

Pergeseran Pandangan tentang Pernikahan

Seiring dengan meningkatnya kemandirian, terjadi pula pergeseran pandangan tentang pernikahan.

  • Pernikahan Bukan Satu-satunya Tujuan Hidup: Jika dulu pernikahan dianggap sebagai tujuan utama hidup, kini banyak anak muda yang melihat pernikahan sebagai salah satu pilihan hidup, bukan satu-satunya pilihan.
  • Kebahagiaan Tidak Hanya Terletak pada Pernikahan: Kebahagiaan dapat ditemukan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti karier, hobi, dan hubungan sosial.
  • Pernikahan Sebagai Pilihan, Bukan Kewajiban: Pernikahan dipandang sebagai pilihan yang harus dipikirkan matang-matang, bukan sebagai kewajiban yang harus segera dipenuhi.

Faktor Ekonomi

Kondisi ekonomi yang menantang juga turut berperan dalam penurunan angka perkawinan.

  • Tingginya Biaya Hidup: Biaya pernikahan, biaya hidup, dan biaya pendidikan anak yang semakin tinggi membuat banyak pasangan muda merasa belum siap secara finansial.
  • Ketidakstabilan Ekonomi: Ketidakpastian ekonomi membuat banyak orang enggan mengambil risiko untuk menikah dan membangun keluarga.

Faktor Lain 

Selain kemandirian dan kondisi ekonomi, terdapat beberapa faktor lain yang juga memengaruhi penurunan angka perkawinan, antara lain:

  • Perubahan Pola Asuh: Pola asuh yang lebih demokratis dan memberikan kebebasan pada anak untuk mengejar impiannya juga turut mempengaruhi pandangan anak muda tentang pernikahan.
  • Peran Teknologi: Teknologi memudahkan orang untuk terhubung dengan orang lain dan mencari pasangan hidup, namun di sisi lain juga dapat membuat orang merasa lebih nyaman dengan hubungan yang tidak terlalu serius.
  • Perubahan Nilai-Nilai Sosial: Perubahan nilai-nilai sosial yang lebih individualistis juga dapat mempengaruhi keputusan seseorang untuk menikah.

Mengapa Angka Pernikahan Terus Menurun?

Penurunan angka pernikahan merupakan fenomena kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling terkait. Secara garis besar, penurunan ini dapat disebabkan oleh:

  • Peningkatan Standar Hidup: Semakin tinggi standar hidup, semakin tinggi pula ekspektasi terhadap kehidupan pernikahan.
  • Perubahan Peran Gender: Perempuan semakin mandiri dan memiliki peran yang sama dalam masyarakat, sehingga mereka tidak lagi merasa tertekan untuk segera menikah.
  • Keterlambatan Usia Menikah: Banyak orang menunda pernikahan hingga usia yang lebih tua, sehingga secara statistik jumlah pernikahan per tahun menjadi lebih sedikit.

Kesimpulan

Peningkatan kemandirian, pergeseran pandangan tentang pernikahan, dan kondisi ekonomi yang menantang merupakan faktor utama yang menyebabkan penurunan angka pernikahan. Namun, perlu diingat bahwa setiap individu memiliki alasan yang berbeda-beda untuk menunda atau memutuskan untuk tidak menikah.

Generasi muda saat ini memiliki pandangan yang lebih realistis dan rasional tentang pernikahan. Mereka tidak lagi terburu-buru untuk menikah, tetapi lebih memilih untuk membangun fondasi yang kuat terlebih dahulu, baik dari segi finansial maupun emosional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun