Mohon tunggu...
Abdul Muis Ashidiqi
Abdul Muis Ashidiqi Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer

Seorang sarjana sains dari Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Memiliki minat dalam bidang desain grafis dan kepenulisan, dalam bidang desain, telah berhasil meraih beberapa pencapaian, antara lain sebagai juara favorit lomba desain poster di Ikatan Himpunan Mahasiswa Biologi Indonesia (2020) dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (2015).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Penebusan Dosaku

3 Juli 2024   10:20 Diperbarui: 3 Juli 2024   10:35 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu hari, ketika sedang mengajar, ia mendengar suara yang tidak asing baginya. Ia menoleh dan terkejut melihat Maya, teman lamanya yang dulu pernah ia ejek. Maya tersenyum kepadanya dengan hangat. Dika menghampirinya dengan ragu.

"M-maafkan aku, Maya, atas semua yang dulu pernah aku lakukan," ucap Dika dengan lirih.

Maya menggelengkan kepala sambil tersenyum. "Dika, aku tahu kamu telah berubah. Aku bangga melihatmu di sini, melakukan hal-hal baik untuk orang lain."

Dika merasa hatinya berdegup kencang. Ini adalah momen penebusan yang ia tunggu-tunggu. Ia dan Maya mulai berbicara lagi, kali ini dalam suasana yang jauh lebih hangat dan saling menghormati.

Cerita tentang Dika menyebar di antara anak-anak dan orang tua di program tersebut. Ia menjadi contoh nyata bahwa setiap orang bisa berubah dan belajar dari kesalahannya. Kehidupannya berubah menjadi lebih bermakna karena ia tidak hanya mengubah dirinya sendiri, tetapi juga berkontribusi positif bagi masyarakat di sekitarnya.

Dika belajar bahwa penebusan dosa bukanlah tentang menghapus masa lalu, tetapi tentang membangun masa depan yang lebih baik dengan tindakan nyata dan keikhlasan hati. Ia juga belajar tentang pentingnya komunikasi, empati, dan penerimaan terhadap orang lain. Dan di balik semua tantangan yang ia hadapi, Dika menemukan bahwa memaafkan diri sendiri adalah langkah pertama yang penting dalam perjalanan hidupnya.

Di suatu sore yang asri, Dika duduk di tepi danau dekat rumahnya. Ia melihat gemerlap matahari terbenam, merenungkan perjalanan hidupnya yang penuh warna. Melalui perubahan yang ia lakukan, ia menemukan kedamaian dalam dirinya sendiri. Dan dari jauh, ia bisa mendengar suara Maya kecil yang mengatakan, "Terima kasih, Dika."

Syarat

event.kompasiana.com
event.kompasiana.com

Datang, Diskusi, dan Bacakan Karyamu di Kongkow Fiksi Kompasiana!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun