Damar merasa hatinya terguncang mendengar kata-kata tersebut, tetapi Sinta segera datang mendekatinya dengan penuh keyakinan.
"Dia salah, Damar. Bakatmu luar biasa dan karya-karyamu menakjubkan. Jangan biarkan kata-katanya menghancurkan mimpi-mimpi kita," kata Sinta tegas.
Damar tersentuh oleh dukungan Sinta. Ia menyadari bahwa ia memiliki wanita yang luar biasa di sisinya yang selalu percaya padanya. Kedekatan mereka semakin kuat, dan mereka tumbuh menjadi pasangan yang tak terpisahkan.
Namun, cobaan belum berakhir. Keluarga Sinta menentang hubungan mereka karena kekhawatiran mereka tentang masa depan Sinta yang akan dihadapkan pada berbagai kesulitan karena Damar memiliki keterbatasan fisik. Sinta pun dilematis, mencoba mencari keseimbangan antara cinta dan tanggung jawabnya terhadap keluarganya.
Di tengah konflik yang terjadi, Sinta menyadari bahwa hatinya tak bisa mengingkari perasaannya terhadap Damar. Ia mencari cara untuk membuktikan bahwa cinta mereka adalah sesuatu yang indah dan mampu mengatasi segala rintangan.
Suatu hari, Damar mengundang Sinta ke puncak bukit, di mana Damar sering pergi untuk merenung dan mencari ketenangan.
"Sinta, selama ini aku telah menyadari betapa beruntungnya aku memiliki kamu di sampingku. Cintamu mengajarkan aku arti sebenarnya dari keberanian dan keteguhan hati. Bersamamu, aku merasa lengkap dan tidak ada hal lain yang ingin kuinginkan selain dirimu," ucap Damar penuh perasaan.
Lalu, Damar membuka kotak kecil yang berisi cincin berlian.
"Sinta, apakah kamu mau menjadi pendampingku seumur hidup? Bersama kita akan melangkah dan menghadapi setiap rintangan, bersama kita akan membuktikan bahwa cinta sejati tak mengenal batasan," lanjutnya.
Sinta tersenyum, air mata bahagia mengalir di pipinya. Ia menganggukkan kepala dengan tegas.
"Ya, Damar. Aku mau," jawab Sinta penuh cinta.