Jejak Cinta Difabel
Di sebuah kota kecil yang berada di antara lembah dan perbukitan, hiduplah seorang pemuda bernama Damar. Damar merupakan seorang fotografer muda yang rendah hati dan penuh semangat. Ia memiliki kelebihan dalam mengabadikan momen-momen indah melalui kamera, namun Damar juga harus menjalani kehidupan dengan keterbatasan fisik. Ia dilahirkan dengan kondisi difabel, satu kakinya lebih pendek dari kaki yang lain.
Meskipun kehadiran Damar dalam masyarakat selalu dipandang sebelah mata, tetapi keberanian dan keuletannya telah menarik perhatian seorang wanita cantik bernama Sinta. Sinta adalah seorang penari yang memiliki hati yang lembut dan selalu berusaha melihat kebaikan di setiap orang. Dari panggung teater, ia sering memandang Damar yang sibuk berada di sudut panggung dengan kameranya, menciptakan senyuman lembut di wajahnya.
Suatu sore, usai pertunjukan, Sinta menyusul Damar yang sedang mengabadikan matahari terbenam di tepi danau. Hatinya berdebar, dan akhirnya ia beranikan diri untuk menghampiri Damar.
"Senja ini sungguh indah, bukan?" sapanya dengan senyuman lembut.
Damar terkejut, tidak menyangka ada seseorang yang mendekatinya. Namun, ia dengan ramah membalas, "Iya, sangat indah. Seperti lukisan yang belum pernah kulihat sebelumnya."
Sejak saat itu, pertemuan demi pertemuan mereka lakukan. Sinta dan Damar semakin dekat, mengenal satu sama lain lebih dalam. Kedalaman hati Damar dan semangat Sinta yang tak pernah padam, membawa mereka pada perasaan cinta yang tak terelakkan. Mereka mengalami momen-momen yang indah bersama, menghadiri pameran seni, dan saling berbagi impian serta harapan mereka untuk masa depan.
Namun, cinta mereka tak bisa lepas dari cobaan. Ada segelintir orang yang iri dengan kedekatan mereka. Mereka mencoba merusak hubungan indah yang sedang tumbuh dengan mengolok-olok Damar karena kekurangan fisiknya. Namun, Sinta tegar dan selalu berada di samping Damar, menghadapi setiap cemoohan dengan keberanian yang luar biasa.
Suatu hari, ketika Damar menghadiri pameran fotografi, ada seorang pria bernama Bram yang juga seorang fotografer datang mendekat. Bram adalah pria tampan dengan sikap yang percaya diri, namun juga memiliki sisi sombong yang menyebalkan.
"Kau tahu, kekurangan fisikmu tidak akan pernah membuatmu sukses dalam dunia fotografi," ucap Bram dengan senyum sinis.