13 Februari 2014, 08.37 pm
Kado buat antum. Nampaknya itu adalah judul buku yang tepat sebuah buku harian. Tapi isinya saja saya masih terpaku dengan paparan fakta keburukan sistem demokrasi lalu diberikan solusi dengan cara Islam.
Jika kita berpandangan seperti itu, memang mudah, namun pengaplikasiannya yang susah. Hal ini berkaitan dengan daya dorong di dalam diri untuk mengeksekusi tulisan genre itu.
Ide judul buku itu saya temukan di perjalanan pulang dari Banjarbaru ke Banjarmasin. Katanya si hati terdalam saya berujar, judul itu bila di mata orang awam, sepertinya tidak menarik. Tapi kalau ditanya dengan persepsi berani berkarya, judul sejelek apapun tak masalah yang penting berikan kontribusi pencerahan pemikiran masyarakat sekitar.
Judul buku itu masih terngiang di dalam pikiran saya, entah kenapa pula antara harus dibuktikan atau kepenulisannya masih seperti yang dulu yaitu genre buku pertama yaitu Sehari Bersama Wibi namun yang berbeda adalah khas tulisannya.
Namun bagi saya pribadi menulis jelek dengan menulis baik itu adalah awal jejak menuju kesuksesan di bidang kepenulisan sastra.
Entah kenapa pula ketika saya menulis pasti saja ada bayangan untuk kuasai sebuah sastra adalah harus benar-benar ditaklukan, dikuasai dan disebar manfaatnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H