Mohon tunggu...
Rizki Wibisono
Rizki Wibisono Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Waja Sampai kaputing

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tidak ada kata tidak mungkin. Tidak ada kata kecuali.No Excuse !*Catatan Untuk Aktivis Unlam

19 Februari 2014   05:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:41 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

18 Februari 2014,10.34 pm

Kalau bisa setiap aktivis mahasiswa di seluruh Unlam Banjarmasin dan Banjarbaru belajar banyak tentang organisasi. Saya yakin pasti ada orang profesional sekaligus berempati pada sektor kaderisasi.

Biasanya banyak ketidak jelasan siapa yang akan melanjutkan tampuk kepemimpinan.

Kita tentu berharap bukan salah pilih atau terlanjur nafsu memilih pemimpin namun tidak berkompeten di bidang sesuai organisasi yang dimaksud.

Kita tidak ingin terjadi krisis kepemimpinan. Sangat, sangat tidak kita inginkan.

Saya berpesan agar semua melek organisasi, karena itu bekal untuk kehidupan di masyarakat, jangan hanya cicipi satu tahun dalam berorganisasi namun tak membujuk adik tingkat agar mau maju di kepengurusan tahun yang akan datang. Sejatinya kita sudah tahu siapa yang bakal pas dan tepat untuk memimpin. Namun jikalau yang sudah tua-tua ini tak ada rasa empatinya sedikitpun, hal ini akan berdampak besar pada kemjuan sumber daya manusia di sebuah fakultas.

Banyak saya temukan hal ini. Saya sebagai wakil ketua BEM Kedokteran Unlam 2013 (hampir demisioner) merasa prihatin. Saya berusaha semaksimal mungkin, namun tetap saja sebuah kendala dari beberapa objek sasaran pemberian edukasi tampuk kepemimpinan dipandang biasa-biasa saja oleh mereka yang saya pandang tepat memimpin estafet perjuangan organisasi.

Jikalau kita mampu sedikit saja timbulkan rasa empati sebelum lulus untuk kemajuan sumber daya manusia di kampus, maka saya yakin, sedikit demi sedikit akan terlaksana sebuah impian yang diharap. Saya perlu ada sedikit anak-anak muda adik tingkat yang mengerti. Yang mau memencetkan tombol aktivasi pergerakan dalam hidupnya. Sebab ini untuk kemanjuan semua, tak hanya kampus namun diri pribadi juga ikut terdorong ke arah yang lebih terhormat.

Saya pun rindu sebenarnya sebuah kampus yang padat kegiatan, bahkan malam pun masih saja ada yang berkegiatan di kampus, entah itu baksos ataupun pelatihan edukasi. Inilah yang dinamakan dinamika sosial pengembangan harkat martabat sebuah SDM mahasiswa yang intelek sekaligus profesional di bidangnya.

Sampai kapanpun, saya berusaha untuk mendidik, memberi edukasi, saya pun perlu mendatangi, namun harus ditambah frekuensi tatap muka nampaknya pada objek mahasiswa agar miliki militansi dalam berusaha.

Suatu saat nanti, saya yakin sekali di beberapa kampus Unlam akan terjadi sebuah efek domino gila-gilaan dalam berkegiatan penuh manfaat dalam balutan yang syar'I.

Semua itu akan tercapai. Tidak ada kata tidak mungkin. No Excuse !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun