Hendaknya beringin roboh menjadi pengingat kepada semua orang di kampungku; hari akan berganti, tetapi hendaknya rasa cinta mesti tetap dipelihara, seperti alam yang sudah terlebih dulu memberi tanda. Jangan nanti kita merasa kehilangan yang lama, dan tidak siap menerima menikmati pohon yang baru.
Tak lama berselang, beberapa hari setelah kegiatanku hanya antar jemput saja, istriku berbicara padaku, "Bang, kemarin, temanku menawarkan pekerjaan di kantor suaminya. Mau tidak Abang bekerja lagi di kantor?" setelah beberapa hari minum kopi dengan nikmat sekali, bahkan tuntas sampai tandas ke ampas yang hitam di dasar gelas.
Begitu nikmat juga sebatang rokok yang cukup sebatang saja, dan tak perlu mendengar istriku berteriak, "Bang, mau antar tidak, sih?"
Aku tertawa mendengar istriku bicara, sembari membalasnya "Ya, mau to!"
"Benar?" kata istriku ragu sekali mendengar aku tertawa.
"Iya!" kataku sekali lagi sambil berpikir mungkin istriku mau kuajak mampir di bakso perempatan itu sore nanti.
Tiba-tiba pikiranku seperti mengatakan, "Pencari kebenaran mungkin tak menang, tetapi ia setidak-tidaknya selamat."
Tetapi aku ragu pada pikiranku sendiri, mungkinkah ia juga hoaks?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H