Mohon tunggu...
evita
evita Mohon Tunggu... -

a Life-learner. Penulis amatir. Suka curcol. Slebor yang jaim. Hamba Allah. Alter Ego

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Wanita dan Status

19 November 2014   15:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:25 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wanita terobsesi dengan status. Ehm.., maksudnya status dalam tatanan sosial..tapi update status di media sosial juga iya sih. Ah..dasar wanita.

- Status sosial

Apapun profesinya, wanita mana coba yang ga pengin dikenal di komunitasnya. Okelah ya bukan dikenal,, tapi punya banyak kawan. Dengan banyak kawan maka wanita jadi terkenal. Nah caranya ini yang suka bikin gedek.. Mereka tuh sebel banget kalo baju, tas, sendal, sepatu atau pernik lainnya ada yang ngembarin. Setiap wanita ingin terlihat unik di circle-nya. Dan bagi beberapa wanita, menjadi social-climber dengan jadi gold-digger dianggap sah demi menaikkan status sosialnya..yah meskipun jadinya norak kea OKB kebanyakan.

- Status Hubungan

Dari sekian hubungan asmara yang melibatkan hati dan emosi, wanita sering menjadi pihak yang paling galau. Galau karena masih bertahan dengan hubungan backstreetnya (dan tentu saja doi ingin show-off masang foto berdua di Profile Picture di IM maupun Socmed). Wanita galau dengan kepastian hubungannya karena sang kekasih tak juga melamarnya. Para penganut HTS, HTI, TTM dan sejenisnya pun saya yakin pada akhirnya merasa bimbang dengan kejelasan hubungannya..yeah sebab status yang jelas adalah obsesi para wanita.

- Status Sipil.

Pada akhirnya ini adalah tujuan utama dari status hubungan di atas. Status ini pula yang tercantum di database identitas apapun (ktp, sim, kepegawaian, bpjs, asuransi, rekening di bank, dll). Karenanya ini menjadi trending topic yang tiada henti. Dan dari sekian status sipil yang diakui formal oleh pemerintah, status Kn (kawin dengan jumlah anak n) adalah yang paling favorit. Jika wanita sudah sampai tahap terobsesi pada status ini, pada akhirnya segala ungkapan cinta dan kasih sayang yang hanya terucap di mulut dan tersimpan di hati (yang katanya dibawa sampai mati) pun tidak begitu penting. Wanita ingin diperjuangkan, kemudian diakui secara terbuka. Wanita merasa tersanjung sangat dalam ketika laki-laki pujaannya menghadap orang tuanya dengan jantan untuk meminang, meski di depan terhampar halangan seperti perbedaan agama, status (sosial maupun sipil), budaya, dan hal-hal tak terduga lainnya. See? Tau kan ada beberapa wanita yang akhirnya meninggalkan kekasih lamanya (yang mungkin sebenarnya dia sayangi lebih) untuk dipinang orang lain...karena wanita merasa berharga ketika diperjuangkan statusnya, bukan hanya untuk disimpan di hati.

Tapi kemudian sering terjadi penyimpangan. Banyak yang "mati-matian" menjaga status sipilnya ini agar jangan sampai "downgrade". Wanita takut sekali berubah status menjadi TK yang disebabkan pernikahannya berakhir di Pengadilan. Karena janda cerai hidup, oleh masyarakat kita, entah mengapa labelnya buruk sekali. Mestinya tidak perlu seperti itu. Stereotip-stereotip menyesatkan yang justru sering menjebak wanita berada pada posisi sulit ketika dalam kehidupan pernikahannya ia mengalami KDRT, penyiksaan batin, dll yg pada akhirnya pernikahan yang ia jalani hanya demi status dan anak. Pernikahan palsu. Di tempat saya ada beberapa wanita mengalami KDRT dan akhirnya berani menyelesaikannya di Pengadilan Agama, tapi ia tak kunjung melaporkan status sipilnya yang baru di bagian Kepegawaian. Ada lagi yang sudah bertahun-tahun berpisah secara agama dari (mantan) suaminya namun tak ada tanda-tanda diselesaikan di Pengadilan. Mungkin mereka malu. Tapi sungguh kasihan wanita-wanita ini. Mudah-mudahan mereka tetap kuat berdiri tegak dengan muka mendongak tanpa tonggak..agar hidupnya bisa berlanjut ke arah yang lebih baik, menemukan kembali pasangan hidup yang terbaik untuknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun