Suatu kumpulan manusia yang mampu menyandingkan Bir dan Politik dalam satu meja duduk bercengkerama dengan binatang, menikmati bir, kretek, sesekali bergantian menjalankan bidak-bidak catur tanpa tahu isi makna isu yang dijalankannya. Rakyat tak bisa mati suri hanya karena nafsu keegoan manusia dengan melabeli manusia dengan perumpamaan binatang yang mungkin menyinggung umat lain seolah-olah bangkrut nalar, bahkan mereka rela dan bangga membakar bangsa mereka sendiri dengan senang hati. mengatasnamakan kemiskinan seolah-olah dengan penggusuran penderitaan hilang penjerumusan ilusi, semestinya yang tergusur pemikiran bodoh kaum ilusi itu.
Racun-Racun kehidupan santapannya sehari-hari, bukan lantas keracunan lalu mati namun kebal tubuhnya mampu beradaptasi dan bersahabat sehingga racun pun hanyalah menjadi jajanan teman ngebir setiap hari. Teman ini pagi sarapan makian, petang dinyanyikan makian malampun demikian tapi seakan tak pernah kenyang dengan makian, begitu tutur seorang resi petapa sunyi begawan revolusi.
Manusianya tak pernah mempedulikan siapa memimpin apa, siapa memimpin siapa, apa dipimpin siapa, siapa dipimpin siapa, yang mereka ketahui adalah ‘ Ahok berkehendak atas Aku’. Ketika teman lain berbicara tentang budi pekerti, teman ini seolah-olah mengikuti padahal hanyalah sebatas anggukan penuh cibiran, karena bagi mereka Ahok jauh lebih diatas akal budi dan memaki adalah bagian dari akal budi yang disamarkan.
Menyerang membabi buta segala bentuk baku kritik kontrol terhadap penguasa dan mengilusi kezaliman dengan kebaikan sungguh terlalu.
Inilah Teman bir yang mampu menipu bangsa sendiri dengan seolah-olah ditipu, teman yang mampu bergembira diatas kesedihan yang tergusur memainkan ilusi yang tergusur dari tanah airnya sendiri seolah-olah penderitaan hilang dengan penggusuran si miskin menangis dalam diam, dibentak dalam keramaian.
Dengan bangga mencibir
Menyaksikan teman Ahok yang fanatik memberhalakan Ahok di linimasa, kadang membuat saya terpingkal-pingkal tertawa geli melihat segerombolan teman Ahok itu. Mereka memaksa diri berpolitik padahal isu standar pun gagal paham, politik membutuhkan begitu banyak asupan nalar dan moral untuk melawan masalah dengan sedikit paham demokrasi dengan puber demokrasi bukan karcis untuk menghabisi pengkritik pujaan politiknya dengan hinaan atau dengan label binatang atau memang terobsesi bentuk cinta yang sangat mesra dan abnormal terhadap binatang. Rasa ketertarikan yang luar biasa kepada binatang.Pelakunya biasanya juga menjalani praktek bestiality atau bestialitas. seperti artikel dengan gambar yang menunjukkan onta bersenggama lalu memperolok-olok dengan maksud orang-orang tertentu sungguh terlalu.
Dengan Harkitnas rakyat ini agar bangkit mampu menciptakan perlawanan sendiri terhadap berbagai terpaan taipan berbalut modal yang mempengaruhi kebijakan pemerintah dengan tindasan dan cibiran yang dialami, malah membuat dirinya semakin bangkit, pekikkan resi begawan revolusi perjuangan bukanlah awal dari perjuangan baru, melainkan bagian dari proses kehidupan yang pada perjalanannya yang semakin menguatkan sifat dan entinitas perlawanan dalam diri rakyat
Rakyat yang berdiri diatas kaki sendiri. Berdikari bukan hanya sebatas akronim Berdiri di atas Kaki sendiri namun rakyat sudah melampauinya berdiri di atas gerbong kereta api tanpa asuransi, berdiri diatas tower tegangan ekstra tinggi tanpa piranti safety, berdiri (aksi) diatas ranjang lokalisasi demi biaya sekolah anak dan kebutuhan sehari-hari, bahkan berdiri di dalam negeri yang tak memiliki harapan pasti. Bangsa ini akan bangkit melawan pemimpin yang dzalim karena bangsa ini telah lebih dahulu mengenal yang ‘sejati’ (‘a-dzat-i).
Dengan Harkitnas Rakyat akan bangkit dengan penuh bangga berdiri di atas tanah sendiri tanpa takut diusir dan tergusur dari tanah airnya sendiri. Bangkitlah matahari matahari kecil yang menggebu-gebu revolusinya, gusar menanti pupusnya satu rentang panjang yang tiba pada akhir yang mengawali suatu masa dimana harapan membumbung sampai tinggi.. Matahari tak perlu menanti terang, sebab ia pembuat siang.Untuk pengemban revolusi, selamatlah, jayalah.