Mohon tunggu...
Naufal Ardiko
Naufal Ardiko Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

theory of everything

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kisah Harapan dari Pinggiran Pontianak: Sebuah Potret Kehidupan

13 April 2024   04:36 Diperbarui: 14 April 2024   01:24 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret Depan Rumah dan Label PKH

Di tengah kesibukan kota Pontianak, di sebuah sudut kecil Siantan Hulu, kami menemukan sebuah rumah yang sederhana namun penuh dengan cerita. Rumah ini adalah tempat tinggal Ibu Rini Susilawati, seorang ibu rumah tangga yang kehidupannya penuh dengan perjuangan dan kasih sayang.

Ibu Rini, dengan senyum yang selalu terukir di wajahnya, menceritakan bagaimana ia dan suaminya, Pak Wawan Birudin, berusaha keras memenuhi kebutuhan keluarga. Pak Wawan, seorang driver ojek online, mengayuh harapan setiap hari dengan penghasilan yang tidak pasti, namun selalu cukup untuk membawa pulang kebahagiaan.

Dengan lima anak yang tumbuh besar di bawah naungan mereka, tiga di antaranya masih duduk di bangku sekolah, sementara dua lainnya telah bekerja sebagai kuli bangunan panggilan. Penghasilan yang tidak menentu dari anak-anaknya menjadi bagian dari mozaik kehidupan keluarga ini.

Rumah yang mereka tempati, meski hanya berukuran 4x3 meter, adalah sebuah istana bagi mereka. Dinding tembok yang kokoh, atap seng yang melindungi dari panas dan hujan, serta lantai kayu yang menjadi saksi bisu tawa dan tangis keluarga ini. Satu-satunya kamar tidur menjadi tempat berbagi mimpi di malam hari, sementara ruang tamu seringkali menjadi tempat peristirahatan bagi anak-anak yang telah dewasa.

Air sumur menjadi sumber kehidupan, digunakan untuk memasak dan minum, sementara Sungai menjadi tempat mencuci dan mandi. Dua buah motor yang mereka miliki bukan sekadar alat transportasi, melainkan juga simbol dari kerja keras dan mobilitas harapan.

Potret Keadaan Didalam Rumah
Potret Keadaan Didalam Rumah

Di dapur yang sederhana, sebuah rice cooker menjadi pusat kegiatan memasak sehari-hari. Smartphone yang dimiliki oleh setiap anggota keluarga, kecuali dua anak terakhir, menjadi jendela bagi mereka untuk terhubung dengan dunia luar.

Bantuan dari pemerintah provinsi Pontianak berupa PKH dan kartu indonesia pintar (KIPK) menjadi angin segar yang membawa lega. Bantuan ini tidak hanya meringankan beban konsumsi sehari-hari, tetapi juga memastikan bahwa pendidikan anak-anak Ibu Rini dapat terus berlanjut.

Kisah Ibu Rini adalah cermin dari banyak keluarga di Indonesia yang hidup dalam kesederhanaan namun kaya akan cinta dan harapan. Mereka mengajarkan kita bahwa kebahagiaan tidak diukur dari banyaknya harta, melainkan dari kehangatan dan kebersamaan yang dibagi.

Wawancara mendalam dan observasi dilaksanakan pada Januari-Maret 2024.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun