Mohon tunggu...
Rifan Eka Putra Nasution
Rifan Eka Putra Nasution Mohon Tunggu... Dokter - Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi yang lain

Dokter, Penulis, Pembicara Publik, dan Penikmat Kopi. Tulisan lainnya dapat dilihat di whitecoathunter.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Menyoal Asam Urat, Sama Makan Kok Beda Sakit?

14 April 2024   12:22 Diperbarui: 14 April 2024   12:27 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Faktor Risiko Asam Urat (Sumber: Bing Image Creator)

Kita sama-sama pecinta kuliner nikmat jeroan, otak, ceker, dan makanan tinggi purin lainnya. Siapa yang gak ketagihan sama nikmatnya gulai tambusu (gulai usus), atau empuknya hati ampela goreng dengan sambal kecap pedas? Namun, kenapa ya, ada sahabat sehat yang makan sekali dua kali aman-aman saja, sementara yang lain, baru makan sedikit langsung kena semprit asam urat? Aneh ya, jenis makananya sama, tapi kok sakitnya beda-beda.

Jadi gini, penyakit asam urat atau gout artritis itu terjadi ketika terlalu banyak asam urat menumpuk di dalam tubuh, biasanya di persendian seperti jempol kaki, tumit, atau pergelangan tangan. Asam urat sendiri sebetulnya zat sisa alami hasil dari metabolisme purin yang ada dalam makanan yang kita makan sehari-hari.

Nah, makanan tinggi purin itu misalnya jeroan, daging merah, makanan laut seperti udang dan kerang, kacang-kacangan, serta minuman bersoda. Jenis makanan ini pasti banyak kita temukan selama Lebaran. Jadi, wajar kalau kita makan begituan dengan porsi banyak selama merayakan Idul Fitri, kadar asam urat dalam darah naik.

Ilustrasi Makanan Tinggi Purin dan Rendah Purin (Sumber: Bing Image Creator)
Ilustrasi Makanan Tinggi Purin dan Rendah Purin (Sumber: Bing Image Creator)

Namun, Mengapa si asam urat ini pilih kasih ya? Ada yang kena serangan asam urat dan ada yang gak padahal pola makannya sama-sama agak "bebas". Lho, gak semuanya karena makanan yang kita makan? Jadi, titah larangan yang sering dilontarkan keluarga atau tetangga seperti "Jangan makan kacang! Jangan makan jeroan! Nanti asam uratnya kumat." Salah dong?

Stigma di masyarakat kita memang demikian. Makanan hampir selalu menjadi tersangka yang divonis menyababkan serangan asam urat. Padahal, faktanya tidak demikian. Ternyata ada beberapa faktor penentu lainnya yang membuat seseorang lebih rentan atau justru kebal terhadap serangan asam urat. Mari kita berkenalan dengan faktor-faktor ini!

Faktor yang berperan paling besar adalah "Genetik" yang diturunkan oleh Nenek Moyang kita. Kalau keluarga kita ada yang mengidap penyakit asam urat, kita juga berpotensi lebih rentan karena faktor genetik yang bisa membuat tubuh sulit membuang kelebihan asam urat atau produksi asam uratnya terlalu tinggi.

Jadi, faktor genetik adalah tersangka utamanya, jangan terus salahkan makanan yang dikonsumsi. Ini bukan kata dr. Rifan ya, melainkan hasil penelitian.

Ilustrasi Faktor Risiko Asam Urat (Sumber: Bing Image Creator)
Ilustrasi Faktor Risiko Asam Urat (Sumber: Bing Image Creator)

Penelitian yang dilakukan oleh Mayor TJ dan Rekan yang terbit dalam Jurnal Kedokteran BMJ Tahun 2018 menyimpulkan bahwa makanan yang kita makan hanya memiliki efek kecil terhadap sakitnya serangan asam urat. Faktor keturunan atau genetik adalah hal yang paling utama yang menyebabkan kita menderita. Untuk setiap peristiwa kriminal berpotensi punya tersangka lebih dari satu kan, begitu pula serangan asam urat ini. Selain genetik ada tersangka lainnya yaitu: OBESITAS.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun