Mohon tunggu...
Rifan Eka Putra Nasution
Rifan Eka Putra Nasution Mohon Tunggu... Dokter - Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi yang lain

Dokter, Penulis, Pembicara Publik, dan Penikmat Kopi. Tulisan lainnya dapat dilihat di whitecoathunter.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menggali Masalah Inti Kepemimpinan dan Dampak Besarnya

8 Maret 2024   09:13 Diperbarui: 8 Maret 2024   09:38 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah menjelajahi masalah-masalah dalam kepemimpinan, khususnya terkait dengan kurangnya pemahaman tentang tugas dan fungsi seorang pemimpin yang disertai dengan kesombongan, salah satu solusi yang mungkin harus dipertimbangkan adalah mengundurkan diri. Meskipun langkah ini mungkin sulit dan menantang, terutama bagi pemimpin yang telah berinvestasi waktu, energi, dan emosi dalam peran mereka, namun hal ini dapat menjadi pilihan terbaik untuk kepentingan organisasi secara keseluruhan.

Mengundurkan diri sebagai seorang pemimpin bukanlah tanda kelemahan, tetapi sebaliknya, bisa menjadi tindakan yang menunjukkan integritas, tanggung jawab, dan kepedulian terhadap keberhasilan organisasi. Dengan menyadari bahwa kepemimpinan bukanlah tentang posisi atau kekuasaan semata, tetapi lebih tentang memenuhi tanggung jawab dan memberikan dampak yang positif, seorang pemimpin dapat memilih untuk melepaskan peran mereka demi kebaikan bersama.

Situasi di mana seorang pemimpin tidak memiliki aspek-aspek penting dari kepemimpinan, tetapi menolak untuk mengundurkan diri, adalah bahwa orang tersebut mungkin menghadapi masalah yang lebih dalam yang memengaruhi kesehatan jiwa dan pikiran mereka. Tindakan seperti itu menunjukkan adanya ketidakmampuan atau penolakan untuk mengakui kekurangan dan memahami keterbatasan diri, yang dapat menjadi tanda-tanda gangguan mental atau emosional yang serius.

Sumber: Pexels.com
Sumber: Pexels.com

Pemimpin yang tidak mampu atau tidak mau memimpin secara efektif, tetapi tetap bertahan dalam peran kepemimpinannya, mungkin mengalami gangguan psikologis seperti kesombongan yang tidak sehat, ketidakmampuan untuk menerima kritik, kecemasan, depresi, atau bahkan gangguan kepribadian. Penolakan untuk mengakui kebutuhan akan bantuan atau intervensi dapat menunjukkan bahwa individu tersebut terjebak dalam pola perilaku yang tidak sehat atau memiliki pandangan diri yang tidak realistis.

Dalam situasi seperti ini, penting untuk mengakui bahwa kesehatan mental dan emosional adalah bagian integral dari kesejahteraan seseorang, termasuk dalam konteks kepemimpinan. Pemimpin yang mengalami kesulitan dalam memimpin dengan efektif karena masalah kejiwaan mungkin memerlukan bantuan profesional dari seorang psikiater untuk mengevaluasi dan mengatasi masalah yang mendasari.

Penerimaan dan pencarian bantuan dari ahli kesehatan mental tidak hanya penting untuk kesejahteraan individu tersebut, tetapi juga untuk keselamatan dan keberhasilan organisasi atau tim yang dipimpinnya. Dengan mengakui dan mengatasi masalah yang mendasari, seorang pemimpin dapat memulihkan kapasitasnya untuk memimpin dengan efektif, membangun hubungan yang sehat dengan anggota tim, dan menyumbangkan kontribusi positif bagi organisasi secara keseluruhan.

Jadi, dalam menghadapi situasi di mana seorang pemimpin tidak memiliki aspek kepemimpinan yang diperlukan, tetapi menolak untuk mengundurkan diri, penting untuk mengakui bahwa masalah ini mungkin mencerminkan kondisi psikologis yang memerlukan perhatian dan intervensi profesional. Dengan demikian, langkah-langkah yang diperlukan harus diambil untuk menyediakan bantuan yang tepat dan mendukung pemulihan individu tersebut, sambil memastikan bahwa kepentingan dan kesejahteraan organisasi juga tetap terjaga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun