Mohon tunggu...
Rifan Eka Putra Nasution
Rifan Eka Putra Nasution Mohon Tunggu... Dokter - Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi yang lain

Dokter, Penulis, Pembicara Publik, dan Penikmat Kopi. Tulisan lainnya dapat dilihat di whitecoathunter.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Efek Dunning-Kruger dan Hilangnya Rasa Malu dalam Kepemimpinan

6 Maret 2024   15:51 Diperbarui: 6 Maret 2024   15:54 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Izinkan saya menceritakan sebuah analogi sebagai pembuka tulisan ini. Mari berkenalan dengan Si Kepala Botak yang Pelit, seorang kepala satuan pendidikan menengah di sebuah kota kecil. Banyak yang percaya bahwa Ia akan mengeluarkan uang untuk kemajuan sekolah yang dipimpinnya. Semua percaya bahwa Ia akan mengeluarkan uang jas baru sekolah. Semua bahkan masih ingat janji-janjinya dengan penuh semangat dan tekad memajukan sekolah.

Namun, sebelum bulu-bulunya pun mulai tumbuh, kabar tentang kesempatan yang lebih besar melayang di udara. Sebuah posisi pengawas satuan pendidikan tersedia, menjanjikan pengaruh yang lebih besar dan dana yang lebih menggiurkan. Dan tanpa ragu, si kepala botak itu mulai merencanakan strategi untuk melompat lebih tinggi, sebelum ia bahkan menginjakkan kakinya dengan kuat di tanah yang baru saja ia janjikan.

Keputusan Si Kepala Botak yang Pelit untuk mengundurkan diri dari jabatannya dengan tujuan untuk mengejar jabatan yang lebih tinggi sebagai pengawas satuan pendidikan dapat dianalisis dari perspektif Efek Dunning-Kruger dan hilangnya rasa malu.

Dalam setiap organisasi, kepemimpinan yang efektif adalah kunci kesuksesan. Namun, kadang-kadang kita menemui contoh kepemimpinan yang tidak hanya tidak efektif, tetapi juga merugikan bagi organisasi dan individu yang terlibat. Kisah Si Kepala Botak yang Pelit adalah salah satu contoh nyata dari bagaimana Efek Dunning-Kruger dan hilangnya rasa malu dapat menghancurkan potensi kepemimpinan.

Sumber: Bing Image Generator
Sumber: Bing Image Generator

Pertama-tama, mari kita telaah bagaimana Efek Dunning-Kruger memainkan peran dalam kepemimpinan Si Kepala Botak yang Pelit. Fenomena ini menunjukkan bahwa individu cenderung memiliki persepsi yang terlalu tinggi terhadap kemampuan mereka sendiri, tanpa menyadari bahwa sebenarnya mereka kurang kompeten dalam bidang tersebut.

Si Kepala Botak yang Pelit mungkin memiliki pandangan yang terlalu optimis tentang kemampuannya untuk memimpin sebuah sekolah, tanpa menyadari bahwa sebenarnya ia kekurangan pengalaman dan pengetahuan yang diperlukan untuk melakukan tugas tersebut dengan baik.

Dalam kasus Si Kepala Botak yang Pelit, Efek Dunning-Kruger mungkin telah mendorongnya untuk mengambil risiko dan membuat keputusan tanpa mempertimbangkan konsekuensinya dengan cermat. Ia mungkin telah merasa terlalu percaya diri dalam kemampuannya untuk memimpin sekolah, sehingga mengabaikan saran atau kritik dari staf atau anggota tim yang lebih berpengalaman. Akibatnya, keputusan-keputusan yang diambilnya mungkin telah merugikan sekolah dan anggota komunitas pendidikan yang terlibat.

Namun, kesalahan terbesar Si Kepala Botak yang Pelit mungkin terletak pada hilangnya rasa malu. Meskipun mungkin ada tanda-tanda bahwa keputusannya tidak tepat atau bahkan merugikan, Si Kepala Botak yang Pelit mungkin telah menolak untuk mengakui kesalahannya atau bahkan merasa bersalah. Hilangnya rasa malu ini mungkin telah mendorongnya untuk terus melakukan perilaku yang tidak bertanggung jawab atau tidak etis, tanpa memperhatikan dampaknya pada orang lain.

Sumber: Bing Image Generator
Sumber: Bing Image Generator

Dalam hal ini, Si Kepala Botak yang Pelit mungkin telah menciptakan lingkungan yang tidak sehat di sekolahnya, di mana staf dan siswa merasa tidak dihargai atau didengar. Hilangnya rasa malu membuatnya sulit bagi Si Kepala Botak yang Pelit untuk menerima umpan balik atau kritik, sehingga menghambat pertumbuhan dan perkembangan organisasi secara keseluruhan.

Dalam situasi seperti ini, dampak negatif dari kepemimpinan Si Kepala Botak yang Pelit mungkin telah dirasakan oleh semua pihak yang terlibat. Staf mungkin merasa frustrasi dan tidak termotivasi, siswa mungkin mengalami penurunan kualitas pendidikan, dan komunitas sekolah secara keseluruhan mungkin merasa kecewa dan kehilangan kepercayaan pada kepemimpinan sekolah.

Yang lebih memprihatinkan lagi, Si Kepala Botak yang Pelit kehilangan etika dalam upaya mengejar kepentingan pribadi dan prestise. Tindakan-tindakan yang tidak bertanggung jawab dan tidak etis, yang dipicu oleh Efek Dunning-Kruger dan hilangnya rasa malu, dapat menyebabkan kerugian yang tidak terhitung bagi sekolah dan anggota komunitas pendidikan yang terlibat.

Teringat Saya seorang rekan kepala satuan pendidikan lainnya terkait sebuah Hadist Rasulullah SAW. Hadist ini adalah Hadist kedua puluh pada kitab hadits arba'in Imam Nawawi, yang artinya:

"Dari Abu Mas'ud Uqbah bin Amr Al Anshary Al Badry radhiyallahu 'anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya ungkapan yang telah dikenal orang-orang dari ucapan nabi-nabi terdahulu adalah: Jika engkau tidak malu perbuatlah apa yang engkau suka." (Riwayat Bukhari)

Hadist di atas persis seperti kisah Si Kepala Botak yang Pelit, Ia tidak lagi mempertimbangkan kemampuan, rasa malu, dan etika. Ia berbuat sesuka hatinya. Tampak pada ambisinya untuk meraih jabatan yang lebih tinggi. Semua ditabrak semata-mata untuk memuluskan keinginan pribadi dan kelompoknya. Aturan-aturan tidak lagi dilihat sebagai jalan yang benar. Melainkan sebagai rintangan dan halangan yang harus dihancurkan.

Dalam kesimpulan, kisah Si Kepala Botak yang Pelit adalah peringatan bagi kita semua tentang bahaya dari Efek Dunning-Kruger dan hilangnya rasa malu dalam kepemimpinan. Kepemimpinan yang efektif memerlukan kesadaran diri yang kuat, integritas yang kokoh, dan kemampuan untuk belajar dari pengalaman. Dengan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengatasi tantangan ini, para pemimpin dapat memastikan bahwa mereka tidak hanya berhasil, tetapi juga memimpin dengan integritas dan kebijaksanaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun