Mohon tunggu...
Whinda Heryawan
Whinda Heryawan Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Paramadina

Perencana Keuangan, Relawan, Mahasiswa Pasca Sarjana di Universitas Paramadina

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Fenomena Bandwagon Effect: Memahami Perilaku Netizen di Indonesia yang Ikut "Gelombang" Dunia Maya

4 Juli 2023   09:43 Diperbarui: 4 Juli 2023   10:16 790
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://conversion-uplift.co.uk/

Halo, netizen! Apakah kamu sering terjebak dalam 'gelombang' yang sedang booming di dunia maya? Ikut-ikutan hanya karena semua orang melakukannya? Jika iya, kamu telah merasakan dampak dari fenomena yang kita kenal sebagai bandwagon effect!

Bandwagon effect adalah saat kita tergoda untuk ikut serta dalam kerumunan yang sedang populer. Kita cenderung mengikuti arus mayoritas dan mengadopsi pandangan atau perilaku yang sedang tren. Rasanya sulit untuk tidak terbawa arus saat semua orang ikut-ikutan.

Contohnya, tren viral di media sosial seperti challenge atau tantangan yang sedang populer. Ketika orang-orang melakukannya, kita pun ingin ikutan, kan? Atau ketika ada produk yang menjadi tren, kita juga ingin memilikinya agar tidak ketinggalan jaman. Itulah bandwagon effect dalam tindakan nyata!

Bandwagon effect sangat mempengaruhi perilaku dan pandangan kita. Saat kita melihat banyak orang mendukung suatu pendapat atau opini di media sosial, kita cenderung merasa bahwa itu adalah pendapat yang benar atau populer. Persepsi kita bisa terpengaruh oleh apa yang orang lain pikirkan atau lakukan. Kadang-kadang, kita bahkan melupakan pemikiran kritis dan hanya ikut-ikutan tanpa mempertimbangkan apa yang sebenarnya kita ingin dan percaya.

Netizen di Indonesia seringkali terjebak dalam ikut-ikutan di dunia maya. Bandwagon effect ini memengaruhi perilaku mereka dengan cara yang menarik. Ketika ada tren atau opini yang sedang viral, netizen Indonesia cenderung dengan cepat mengikutinya. Mereka suka memberikan komentar, like, atau repost hanya karena itu yang sedang populer. Dalam beberapa kasus, netizen bahkan mengabaikan pemikiran kritis mereka sendiri dan hanya mengikuti apa yang mayoritas katakan.

Konteks sosial dan budaya Indonesia memainkan peran penting dalam memperkuat fenomena bandwagon effect di dunia maya. Budaya partisipatif yang dijunjung tinggi di Indonesia membuat setiap suara dianggap penting. Netizen ingin merasa termasuk dan diterima oleh kelompok mayoritas. Mereka takut dianggap kudet atau tidak mengikuti perkembangan terbaru. Oleh karena itu, saat ada sesuatu yang sedang populer, seperti isu politik atau tren gaya hidup, netizen cenderung ikut-ikutan tanpa berpikir panjang. Mereka ingin menjadi bagian dari 'gelombang' yang sedang booming.

Bandwagon effect memiliki dampak positif dan negatif dalam perilaku netizen di Indonesia. Dari segi positif, fenomena ini bisa meningkatkan solidaritas dan kebersamaan di antara netizen. Ketika mereka merasa satu dalam ikut-ikutan, tercipta rasa persatuan dan saling mendukung. Selain itu, bandwagon effect juga bisa mempercepat penyebaran informasi positif atau gerakan sosial yang menginspirasi.

Namun, dampak negatifnya tidak bisa diabaikan. Karena terlalu fokus pada ikut-ikutan, netizen seringkali kehilangan keterampilan kritis dan mengabaikan pemikiran mandiri. Mereka bisa mudah terperdaya oleh informasi yang salah atau terlibat dalam perdebatan yang dangkal. Selain itu, dalam bandwagon effect, ada kecenderungan untuk mengekspresikan pendapat yang populer tanpa mempertimbangkan nilai-nilai dan keyakinan yang mungkin berbeda.

Penting bagi netizen di Indonesia untuk lebih sadar akan pengaruh bandwagon effect ini. Mereka perlu belajar untuk tetap kritis, mandiri, dan mempertimbangkan sudut pandang yang berbeda sebelum mengikuti arus yang sedang populer. Dengan begitu, mereka dapat menggunakan potensi positif dari bandwagon effect dan menjadi netizen yang cerdas dan bertanggung jawab di dunia maya.

Langkah-langkah yang bisa diambil untuk mengurangi dampak negatif dan membangun kesadaran positif dalam perilaku netizen:

  • Sadarilah dirimu sendiri: Kenali nilai-nilai, keyakinan, dan tujuan hidupmu sendiri. Berpegang pada prinsipmu sendiri daripada ikut-ikutan yang sedang viral.
  • Kembangkan keterampilan kritis: Jangan terima begitu saja apa yang orang lain katakan di media sosial. Analisis informasi dengan objektif dan pertanyakan asumsi yang ada.
  • Lakukan riset dan verifikasi: Pastikan kebenaran informasi sebelum mempercayai dan membagikannya. Cek sumbernya, verifikasi fakta, dan hindari penyebaran berita palsu atau hoaks.
  • Buka pikiran terhadap sudut pandang yang berbeda: Dengarkan dan pertimbangkan sudut pandang yang berbeda. Hal ini akan memperluas pemahaman dan menghindari kesalahan dalam penilaian.
  • Berani berbeda: Jika kamu yakin dengan pendapatmu sendiri, jangan takut untuk mengungkapkannya meskipun tidak populer. Jadilah netizen yang berani berbeda dan memberikan kontribusi dalam diskusi online.
  • Edukasi diri dan orang lain: Tingkatkan kesadaran tentang bandwagon effect dan dampaknya melalui edukasi. Bagikan pengetahuanmu agar orang lain juga bisa menjadi netizen yang cerdas dan kritis.

Dengan kesadaran individu dan kritis, serta langkah-langkah yang diambil, kita bisa mengurangi dampak negatif dari bandwagon effect dan membangun perilaku netizen yang lebih positif dan bertanggung jawab di dunia maya. Mari menjadi pribadi yang berani berpikir mandiri dan tidak hanya terjebak dalam arus yang sedang populer!

(Whinda Heryawan, Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Paramadina Jakarta)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun