Mohon tunggu...
Bernadete Fibriana Arum Widyastuti
Bernadete Fibriana Arum Widyastuti Mohon Tunggu... -

find uniqueness in me

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

“Jangan Biarkan Ia Menyentuhku, Ibu…”

16 April 2014   17:52 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:36 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering


“Jangan biarkan Ia menyentuhku, Ibu…”

Pagi ini jantungku berdegup kencang membaca berita tentang seorang anak kecil yang mengalami pelecehan seksual di sekolahnya oleh pekerja kebersihan yang bertugas membersihkan sekolah paruh waktu. Seolah ada dinding tak terlihat yang runtuh di sekelilingku.  Ya, dinding rasa aman dan terlindungi yang sekian lama coba ku bangun. Aku percaya, tak seorang pun menginginkan hal buruk terjadi pada buah hati tercinta.

Hatiku gundah sepanjang siang dan malam. Sibuk berpikir keras menganalisa ulang apakah semua upaya yang telah kulakukan selama ini cukup untuk melindungi putriku semata wayang, Sita, dari segala bentuk kejahatan dan kriminalitas di mana pun ia berada. Hal yang mustahil kulakuan sendirian tanpa pertolongan Tuhan.

Berita tersebut dengan cepat menjadi headline di beberapa media elektronik. Membacanya membuat hati ini menangis membayangkan korban yang masih teramat kecil harus menderita akibat pelecehan seksual yang dialaminya.


"Saya mulai mencium gelagat aneh pada anak saya, seperti jadi lebih pendiam, berat badannya turun, dan suka mengigau setiap tidur..”disampaikan ibu korban.

Setelah berbulan-bulan terjadi, perbuatan keji ini baru terbongkar. Bisa ku bayangkan betapa berat penderitaan lahir dan batin yang harus dilalui korban selama itu, tanpa benar-benar mengerti apa yang sesungguhnya terjadi menimpa dirinya. Malam-malam yang dihiasi mimpi buruk dan igauan. Ah,kasihan kau Nak…  Aku membayangkan jeritan tak terucap di hatimu yang kau pendam setiap malam,


“ Jangan biarkan Ia menyentuhku, Ibu….”

Pagi itu kuputuskan untuk meminta bantuan teman-teman di Facebook untuk membagi tips mereka untuk mencegah hal tersebut terulang kembali, paling tidak bisa dimulai dengan membangun kesadaran benar dari diri dan keluarga sendiri. Ini beberapa tips yang baik dari mereka…

Pertama

Ajari anak tentang kesehatan reproduksi sejak dini. Menjaga kesehatan organ intim, melarang orang lain menyentuhnya, menjadi dasar yang penting untuk anak melindungi dirinya sendiri dari kejahatan seksual. Akan lebih baik lagi jika kesehatan reproduksi dikenalkan sesuai dengan ajaran agama atau adat istiadat yang berlaku di dalam keluarga. Ajari anak mengenal bagian tubuhnya dan bangun rasa percaya diri anak untuk mengatakan tidak kepada orang lain yang ingin menyentuhnya. Sebagai pengantar, tulisan dari
laman milik Pusat Studi Gender UII (Universitas Islam Indonesia) akan sangat membantu. "Pentingnya Pendidikan Kesehatan Reproduksi Sejak Dini Dalam Keluarga"

Kedua

Perhatikan cara berpakaian anak. Pastikan untuk memilih pakaian yang sopan dan tidak terbuka untuk tidak mengundang para pelaku kejahatan melakukan aksinya. (Ingat cabe-cabean!)

Ketiga

Jalin komunikasi yang baik dan terbuka setiap saat dengan anak sejak bayi, bahkan sejak dalam kandungan.  Jika kita tak pernah ada untuk mereka di saat genting dan paling dibutuhkan, maka anak akan berpikir ulang untuk menceritakan rahasia mereka, termasuk saat mereka merasa sangat malu-terintimidasi-teraniaya akibat pelecehan seksual. Biasakan untuk meluangkan waktu sejenak di sore atau malam hari untuk mendengarkan anak bercerita tentang apa saja yang telah ia alami sepanjang hari. Momen berharga yang tak ternilai ini jangan kita lewatkan. Jangan memarahi dan menyalahkan anak bila dia bercerita atau bertanya tentang hal-hal yang menyangkut seksualitas, misalnya ketika dia menceritakan bagaimana teman-temannya mulai berpacaran.  Komunikasi yang terbuka menyangkut seksualitas sangat penting sehingga si anak dapat nyaman mencari tahu informasi soal seksualitas dari orangtua nya sendiri.

Keempat

Pada usia tertentu, sebelum anak bertumbuh besar, penting untuk memeriksa alat kelamin mereka secara rutin, dan hanya boleh dilakukan oleh Ayah atau Ibu saja. Kembali ke poin pertama, ajari anak menjaga organ intim mereka agar tidak disentuh orang lain. Pemeriksaan rutin akan sangat menolong untuk mendeteksi dini tanda-tanda korban kejahatan seksual. Baik juga untuk memeriksa kesehatan reproduksi anak secara berkala. Panduan berikut akan membantu kita mengetahui tanda fisik apabila anak mengalami pelecehan dan kekerasan seksual " Upaya Pencegahan Pelecehan Seksual Pada Anak"

Kelima

Upayakan agar anak senantiasa berada dalam lingkungan yang ramah anak

Mulai dari lingkungan tempat tinggal, sekolah, tempat bermain dan berekreasi. Kenali dengan baik orang-orang di tempat anak kita menghabiskan waktu kesehariannya. Siapa saja teman bermain di sekolah dan di rumah, orang tua dari teman-teman anak kita, guru, penjaga sekolah., dll. Fakta statistik,  menunjukkan 51,3% pelaku kekerasan seksual adalah orang yang dekat dan dikenal baik oleh korban dan keluarganya. Ironinya, sebanyak 13,35% pelaku adalah ayah kandung korban (Komisi Perlindungan Anak Indonesia/KPAI: 2013).  Fakta ini tentunya membuat para orang tua gusar dan kebingungan. Menurut psikolog anak Seto Mulyadi, yang dimaksud lingkungan aman di sini adalah ketika anak-anak mendapatkan kesempatan untuk mengekspresikan kreativitasnya, melontarkan idenya, selain tentunya dukungan dan bimbingan dari orang dewasa, terutama orangtua.

Informasi lengkap mengenai sekolah yang ramah anak dan inklusif dapat didownload dalam bentuk buku di website idpnorway , salah satu organisasi non profit yang  berkecimpung di bidang pendidikan dan anak.

Keenam

Jangan pernah lupa mendoakan keselamatan si kecil di mana pun ia berada. Doa orang tua adalah jubah perlindungan terbaik bagi stiap anak.

Semoga tips sederhana ini berguna bagi semua orang tua yang sangat peduli dengan keselamatan putra- putri tercinta.

Terima kasih untuk semua teman yang telah berkontribusi dalam menyusun tulisan ini ; Komunitas Cinta Buah Hati: Biby Adinegara, Frie Anabel, Juliana Wan,Richie Sofiani,Marleni Hendri, Dewi Indra; Teman-teman pejuang hak anak di berbagai organisasi non-profit : Ega Margaret, Putri Kitnas Inesia, Adhi Sanjaya, Putri Mumpuni;Para ayah yang peduli : Efan Kurnianto, Happy Fitrianto, Gito Susanggoro,; Teman-teman di media sosial : Kiky Flowy, Moudy Waas, Tyas Pratitis, Fanny Hintz, Maria Utami,; dan semua yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun