Mohon tunggu...
Anwar
Anwar Mohon Tunggu... Security - Seorang yang tidak akan pernah menyerah untuk terus menulis

Walau tak pandai menulis namun ingin tetap mencoba berkarya. http://www.catinfoku.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Interview With Ant

3 Desember 2018   16:48 Diperbarui: 3 Desember 2018   16:50 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi itu kabut masih menyelimuti gedung SMAN 2 Batu Tengah. Nampak seorang siswa kelas 2IPA3 masih nongkrong di luar kelas menunggu murid-murid lain datang. Mungkin lebih tepatnya menunggu seorang murid perempuan yang dia anggap spesial dalam dirinya. Seorang siswi kelas 3IPS1. Ia memang sengaja datang lebih pagi bahkan terlalu pagi. Ia datang pagi-pagi karena ia ingin menjadi orang pertama yang menyapa Anah, siswi kelas 3IPS1 yang jadi incarannya.

Pukul enam tiga puluh dua menit, Daeng datang menghampiri Gendot yang nampak celingak celinguk ke kelas tetangga. Kelas 2IPA3 dan 3IPS1 memang bersebelahan.

"Pantesan aja gue ke rumah, eloh udah ga ada, ga taunya eloh udah disini." Tegur Daeng kepada Gendot.

Gendot hanya nyengir tak ingin menyahuti sapaan Daeng. "Tumben, luh pagi-pagi buta udah nyampe sekolah, biasanya gue nyamper ke rumah, eloh belom mandi ?"

" Ah, ga apa-apa, lagi pengen aja gue berangkat pagi." Jawab Gendot.

Jam tujuh nol nol, bel tanda masuk berdering satu kali. Semua siswa berbaris didepan kelasnya masing-masing. Ketua Kelas menyiapkan barisan lalu dengan tertib, satu persatu semua murid masuk kelas.

Didalam kelas, Gendot nampak terlihat gelisah. Ia tak bisa fokus pada pelajaran yang sedang berlangsung. Ia ingin jam pelajaran segera berakhir dan cepat-cepat keluar kelas untuk mencari tahu mengapa Anah tidak masuk sekolah hari ini.

Bel tanda istirahat berbunyi. Semua siswa serempak bangkit dari tempat duduknya masing-masing dan saling berebut keluar. Sebagian besar siswa langsung melangkahkan kakinya menuju kantin. Namun ada pula sebagian yang menuju ke arah perpustakaan. Gendot mencari-cari seseorang yang dapat memberikan dia informasi mengenai Anah. Kebetulan sekali ia berpapasan dengan Sherlin, teman sekaligus tetangga Anah. Tanpa basa basi, ia langsung menanyakan kabar Anah, kenapa ia tidak masuk sekolah hari ini.
"Anah sakit." Ujar Sherlin.
"Oh, sakit. Ya udah makasih atas infonya, ya.." Kata Gendot lesu.
"Oke, masama." Sahut Sherlin. Lalu ia meninggalkan Gendot seorang diri dengan renungannya.
Gendot tak bernafsu untuk pergi ke kantin. Ia mengarahkan langkah kakinya menuju perpustakaan. Di sana ia mencari-cari sebuah judul buku. Tetapi ia sendiri tidak tahu, buku apa yang hendak ia cari. Ia meraih sebuah buku yang entah, ia sendiri tidak begitu memperhatikan judulnya. Ia ambil secara acak. Dia perhatikan sejenak, lalu membalikan buku tersebut dan terbacalah sinopsisnya ;
"Tuhan, aku lelah...lelah sekali berada dalam lingkaran kawat berduri ini yang didalamnya terdapat pohon berduri. Ingin sekali aku keluar dari lingkaran ini dan mencari tempat lain di luar sana. Tapi aku tak tahu, akan kemanakah kaki ini kulangkahkan ? Sementara beban dipundakaku mustahil aku letakkan begitu saja. Beban dan tanggung jawab ini harus aku bawa terus sampai kaki ini tak sanggup lagi tuk melangkah serta mata ini terpejam tuk selamanya."
Gendot merasa tertarik dengan buku yang sebenarnya ia ambil secara asal-asalan itu. Lalu, ia membawanya dan melangkah menuju sebuah bangku di pojok ruangan yang kebetulan kosong.  Ia mulai membuka buku itu lembar demi lembar secara perlahan. Ia mulai berpikir ;
"Jika buku ini kubaca sekarang, nanti pas lagi seru-serunya, bel berbunyi dan gue harus masuk kelas lagi. Ah, mending gue pinjem aja deh." Demikian pikirnya.  
Kemudian Gendot bangkit dari tempat duduknya hendak menghampiri siswa yang  kebagian tugas menjaga perpustakaan dan melayani serta mencatat para siswa yang hendak meminjam buku. Sesampainya ia didepan Tinah, sang petugas administrasi, Gendot segera menyerahkan buku yang hendak ia pinjam. Tinah mencatat judul buku serta tanggal pengembaliannya, lalu menyerahkannya kepada Gendot.
"Terima kasih, ya.." Ucapnya seraya mengulurkan tangan hendak meraih buku itu dari tangan Tinah.
" Sama-sama." Sahut Tinah. Tapi tangannya menarik kembali buku itu dan berkata ; "Ingat, jangan sampai hilang, jangan sampai rusak dan kembalikan buku ini tepat pada waktunya ! Jika belum selesai bacanya, boleh kok kamu pinjam lagi..." Ujar Tinah menjelaskan panjang lebar.
"Okey, bawel..." Sahut Gendot sembari tangannya merebut buku itu dari tangan Tinah dan berlalu meninggalkan ruang perpustakaan.
Gendot segera mengarahkan langkahnya menuju kelas. Ditikungan koridor yang menuju kelas, ia bertemu Hendi yang sama-sama hendak ke kelas. Hendi baru saja dari kantin.
"Eloh dari mana, bray, gue lihat-lihat di kantin tadi kagak ada ?" Tanya Hendi.
"Nih, gue dari perpus." Sahut Gendot menunjukan bukunya pada Hendi.
"Buku apa, sih, coba sini gue lihat...!!!"  Pinta Hendi.
"Ah gak penting..." Kata Gendot. Oh ya, nanti malam, eloh ada acara, gak ?" Sambung Gendot.
"Kalau anak-anak jadi pada datang, sih ada. Kenapa memang ?" Hendi balik tanya.
"Ah kagak apa-apa. Kalau eloh kagak ada acara nanti malam, gue mau minta di antar ke rumah Anah.." Jelas Gendot agak lesu.
"Waduh, sori banget, ya gue gak bisa ngantar." Ujar Hendi
"Memangnya eloh ada acara apaan, Hen ?" Tanya Gendot penasaran.
"Latihan MC, menulis karya ilmiah, photography, wawancara, pokoknya yang macam begitulah..."
"Wawancara sama siapa ?" Tanya Gendot.
"Ya, sama  anak-anak karang taruna-lah, masa wawancara dengan semut ?" Kata Hendi.
"Kagak perlu sewot kaleee..." Sahut Gendot.

Jam istirahat telah habis. Bel masuk kembali berbunyi. Mereka segera memasuki kelas dan melanjutkan kembali pelajaran hari itu. Waktu terus berjalan. Pukul tiga belas nol nol, jam pelajaran terakhir usai. Semua siswa bersiap-siap untuk pulang. Begitupun Gendot dan semua teman sekelasnya.
Sesampainya dirumah, Gendot segera melepas baju seragamnya dan menggantinya dengan pakaian sehari-hari. Setelah itu, ia segera mengambil air wudlu. Usai sembahyang dzuhur dan makan siang, Gendot mengambil buku yang ia pinjam dari perpustakaan sekolah tadi. Ia pandangi covernya. Terlihat judul buku itu dengan tulisan italic ; "Laki-laki Dalam Sebuah Lingkaran". Kata demi kata, baris demi baris, kalimat demi kalimat ia simak. Dan Gendot mulai tenggelam dengan bacaannya...

                ---oo0oo---

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun