Mohon tunggu...
ali wafa
ali wafa Mohon Tunggu... -

saya adalah pemuda yang bolak balik nginap numpang nitip awak di masjid masjid dan akhirnya alhamdulillah sudah bisa kost sendiri meski tidak istimewa yang penting layak dan pantas baik dengan saya terutama dompet butut saya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kisah Dari Madura

27 Oktober 2010   03:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:04 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dari sudut kamal kau melilit jagat

Antara langit dan angkasa kau tegak gagah

Menjadi dunia menjadi bangsa dan menjadi madura

Dihatiku

Dan di jiwa jiwa yang memilikimu

Disetiap langkah kau selalu ada

Di setiap nafas kau selalu mewarnai

Dalam derap kisah kisah kau selalu indah dan membuatnya semakin indah

Kau tak pernah menyanyikan kasta

Jika malam menjadi berahmana pagipun boleh saja menjadi sudra

Meski angin angin berhembus keras membuat lagumu sumbang

Kau tetap riang menikmati syair yang kau pahat di pucuk daun “Pelembang”

Bukan pendeta yang kau sembah

seperti lycurgus yang dipuja kaum sparta

Dan kau bukanlah pemuja dan pemeluk taklid bisu

Seperti yang di teriakkan dalam khutbah khutbah para bhiksu

Hanya sejarah dan tradisi indah yang kau bungkus dalam kerangka Humanitas

“al muhafadzatu lilqadimis shalih wal akhdzu liljadiidil ashlah”

*******

Darimu ku belajar menghargai

Darimu ku belajar menghormati

Bukan karena kau punyak lilitan tasbih zambrut yang elok mengerlok

Dan kau gunakan menghitung jumlah dzikir yang bening mengalir

Bukan hanya karena kau selalu anggun dengan sarung melilit

Dan kitab kitab tebal yang kau sebut gundul karena memang tidak berambut

Tapi dalam sepi dalam sunyi

Kulihat kau selalu menangis hingga airmatamu mambatu

Resahmu gundahmu mengajariku dua puluh delapan huruf

Yang selalu iingin ku baca setiap saat

Dan selalu terlitas meski dalam kawah darurat

Bukan suara yang kudengar bukan nyanyian yang ku hafal

Seperti Rhetorica yang dijadikan pembuka Olempiade Athena

Tapi tangan lembut dan tutur tutur agung penuh tenaga

Yang selalu ku temukan jujur dalam setiap tingkah

Bukan pena..

Bukan buku..

Bukan teori seperti lagu lagu kaum Sofist

Tapi hidupmu telah menjadi Kamus yang selalu ku buka

Tapi hidupmu telah menjadi ruasan akhlak

Yang ku rangkum dalam jilid jilid kehidupan

********

Maduraku

Letakmu sangat tepat sekali

Ditengah langit di ujung matahari

Dalam malam jika ku duduk di teras

Yang ku tatap hanya bias rembulan bersinar menawan di balik karnafal awan

******

Saat ku buka lembar lembar lain

Dalam sedalam tajamnya Celurit

Masuk menusuk ranah budaya dan adat

Ku Terlelap dalam kulener

Aroma sate dan soto kian semerbak menebar di kaki langit

........

Bersambung......To be continued.

(alie whafa )

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun