Mohon tunggu...
Wf Novitasari
Wf Novitasari Mohon Tunggu... Guru - Guru Biologi di SMA Negeri 6 Metro Lampung

Sang Pembelajar Sepanjang Hayat dan suka berbagi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Refleksi Eksploitasi Konsep Modul 3.3 (Pengolaan yang Berdampak Positif pada Murid)

3 Maret 2024   22:45 Diperbarui: 3 Maret 2024   22:51 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

- Salah satu ayah murid adalah petani menawarkan akan mengajak ayahnya untuk membantu menyiapkan lahan tersebut supaya siap untuk ditanami, karena ia sering melihat ayahnya melakukan hal tersebut.

Identifikasi "kepemilikan murid":

- Kepala Sekolah sangat mendukung ide tersebut dab setelah dimatangkan, ide yang awalnya berasal dari usulan murid-murid tersebut akhirnya terwujud menjadi sebuah program yang kemudian disebut dengan "Program Kebun Cahaya";

- Setiap kelas di TK Cahaya memiliki kavling kecil di lahan yang tadinya terlantar dapat menjadi Kebun Cahaya dan secara bersama bertanggung jawab untuk merawatnya.

Penjelasan:

  sayuran). Murid juga telah diberikan pilihan sehingga mendorong keterlibatan dan membuat pengalaman belajar. Murid juga sudah terhubung (baik secara fisik, kognitif dan emosional) dengan apa yang telah mereka lakukan, terbukti dengan mereka terlibat aktif dalam membuat Kebun Cahaya dan bertanggung jawab bersama-sama untuk merawatnya.

3. Dimensi Profil Pelajar Pancasila yang dikembangkan adalah Beriman, Bertakwa kepada Tuhan YME dan Berakhlak Mulia (Akhlak kepada Alam), Kreatif, Bernalar Kritis, Bergotong Royong.

Situasi 2

Bu Ara mengajar di Kelas 1 SD. Di awal tahun ajaran baru, Ia ingin melibatkan murid-muridnya mengatur sendiri ruang kelas mereka. Bu Ara ingin murid-muridnya memiliki rasa kepemilikan terhadap kelas mereka sehingga mereka akan secara sadar menjaga dan memelihara kelasnya dengan baik. Ia kemudian meminta murid-muridnya untuk bekerja kelompok merancang layout kelas. Setiap kelompok diberikan selembar kertas dan mendiskusikan lalu memutuskan di mana mereka akan meletakkan loker, kursi, meja, tempat sampah, keranjang buku, lemari buku, meja guru, dsbnya. Karena murid-murid kelas 1 belum semuanya bisa menulis, maka mereka boleh menggambar. Setelah itu setiap kelompok akan menjelaskan layout kelas kelompok mereka di depan kelas. Murid-murid lain dapat memberikan pertanyaan tentang layout tersebut. Setelah semua kelompok melakukan presentasi, mereka kemudian harus memutuskan layout mana yang akan dipilih untuk diimplementasikan. Setelah dilakukan pemilihan, terpilihlah satu layout yang paling ingin diimplementasikan oleh murid-murid di kelas tersebut. Namun, Ibu Ara lalu menyadari bahwa layout pilihan tersebut menurut kacamata dia sebagai guru sepertinya adalah layout yang "paling sulit untuk dilakukan dan paling tidak efektif".

Namun karena itu yang paling banyak dipilih, Ibu Ara ingin sekali mewujudkan desain itu untuk menghargai pilihan murid. Ibu Ara sangat galau, karena ia tahu, kalau ia mewujudkan desain tersebut, kelasnya akan menjadi tidak rapi dan berantakan. Orang tua murid dan kepala sekolah juga pasti akan mempertanyakan. Ibu Ara pun akhirnya memutuskan untuk berbicara langsung kepada kepala sekolah. Di luar dugaan, kepala sekolah sangat mengapresiasi upaya Bu Ara menghargai pilihan murid-muridnya. Lewat proses diskusi dan dengan pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh kepala sekolah, Ibu Ara akhirnya memutuskan untuk tetap mewujudkan layout tersebut dan akan mengevaluasinya setelah beberapa hari diimplementasikan. Proses evaluasi ini akan menjadi sebuah proses pembelajaran yang berharga buat murid. Setelah beberapa hari mengimplementasikan layout pilihan murid tersebut, Ibu Ara pun lalu mengajak murid-muridnya berefleksi dan menanyakan apakah menurut mereka, layout ini membantu mereka untuk belajar, bergerak dan berinteraksi dengan baik di kelas.

Bu Ara memberikan pertanyaan-pertanyaan reflektif untuk membantu siswa berefleksi. Ternyata murid-murid Ibu Ara juga merasa bahwa layout tersebut tidak efektif. Ada yang yang bilang tempat sampahnya ternyata kejauhan. Atau ternyata letak lemari bukunya menghalangi orang untuk melihat ke luar jendela. Setelah melakukan refleksi, Ibu Ara lalu mengajak murid-muridnya untuk memberikan saran bagaimana agar layout kelas mereka bisa lebih efektif. Berdasarkan masukan murid-murid, di minggu berikutnya layout kelas mereka pun diubah sesuai dengan hasil refleksi, sehingga menjadi lebih efektif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun