A. LATAR BELAKANG
Ki Hadjar Dewantara memaknai pendidikan sebagai proses pemberian tuntunan untuk menumbuhkembangkan potensi  anak. Istilah tuntunan tersebut menggambarkan bahwa tujuan pendidikan mengarah pada pendampingan anak dalam proses penyempurnaan ketertiban tingkah lakunya. Ki Hadjar Dewantara menegaskan pendidikan mengemban misi agung dalam pengembangan budi pekerti murid untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Hal tersebut selaras dengan SMA Negeri 6 Metro sebagai Sekolah Ramah Anak (SRA).
Sekolah harus menjadi ruang bagi murid untuk memperoleh pendidikan yang menyenangkan dan nyaman supaya murid dapat menjadi manusia  merdeka, namun kemerdekaan manusia/kemerdekaan pribadi dibatasi oleh tertib damai kehidupan bersama, dan hal tersebut mendukung sikap-sikap seperti keselarasan, kekeluargaan, musyawarah, toleransi, kebersamaan,  demokrasi,  tanggungjawab,  dan disiplin.Â
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mewujudkan itu semua adalah dengan membangun budaya positif di sekolah. Budaya positif di sekolah dapat dibangun dengan membentuk keyakinan kelas untuk kemudian dapat dijadikan keyakinan sekolah, guru menerapkan posisi diantara teman, pemantau dan manajer, serta menerapkan segitiga restitusi. Dengan adanya keyakinan kelas dan kemudian menjadi keyakinan sekolah yang disusun bersama antara guru dan  murid, maka semua akan berusaha untuk menjalankannya sebagai langkah awal membangun budaya positif di sekolah. Penerapan posisi guru diantara teman, pemantau dan manager merupakan perilaku kontrol positif dan perilaku kontrol diri, serta dengan penerapan segitiga restitusi dapat membimbing murid supaya muncul motivasi intrinsik dari dalam dirinya supaya dapat menegakkan disiplin positif.
B. Â TUJUAN
Tujuan penerapan budaya positif di sekolah adalah:
- Meningkatkan karakter bernalar kritis dan rasa percaya diri murid untuk mengungkapkan gagasan/pendapat mengenai gambaran kelas/sekolah yang diinginkan;
- Menumbuhkembangkan situasi sekolah yang aman, nyaman, menyenangkan dan inklusif;
- Mendorong terciptanya berbagai permasalahan murid dapat diselesaikan dengan bijak;
- Menumbuhkan motivasi intrinsik murid;
- Menumbuhkan budaya positif;
- Mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid;
- Menumbuhkan budi pekerti yang baik (bertanggung jawab, disiplin, memiliki komitmen);
- Mengajarkan murid mencari solusi dari suatu permasalahan.
Â
C. Â TOLOK UKUR
Tolok ukur suksesnya penerapan budaya positif di sekolah adalah:
- Terwujudnya lingkungan sekolah yang aman, nyaman, menyenangkan dan inklusif;
- Terciptanya  suasana  gembira  dalam  belajar dan  bekerja,  sehingga  pembelajaran  menjadi menarik  bagi  murid dan guru;
- Terjalin hubungan batin antara guru dan murid atas dasar saling menghormati, menghargai dan kasih sayang;
- Tersusunnya keyakinan/kesepakatan kelas dan sekolah yang sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila dan nilai-nilai kebajikan universal;
- Murid dan guru mampu melaksanakan keyakinan/kesepakatan kelas yang telah dibuat dan ditandatangani bersama secara sadar dan tanpa paksaan/tekanan;
- Murid mampu menentukan solusi dari permasalahan yang dihadapinya;
- Tergalinya kemampuan/potensi murid secara maksimal sesuai dengan minat dan bakatnya, sehingga murid dapat berkreasi dan berprestasi;
- Murid mampu menunjukkan perubahan perilaku sebagai pembelajaran atas masalah yang pernah dihadapinya;
- Murid dan guru mampu melaksanakan budaya positif (keyakinan kelas, posisi manajer dan segitiga restitusi) secara konsisten.
D. LINIMASA TINDAKAN YANG DILAKUKAN
- Memberi penjelasan kepada murid mengenai keyakinan kelas/sekolah;
- Membentuk keyakinan diri bersama murid untuk kemudian dijadikan keyakinan kelas;
- Membentuk keyakinan sekolah berdasarkan keyakinan kelas, sehingga menjadi tata tertib sekolah;
- Bersama murid menandatangan keyakinan kelas/keyakinan sekolah;
- Memasang keyakinan kelas di dinding kelas dan keyakinan sekolah sebagai tata tertib ditandatangani oleh kepala sekolah;
- Mempraktikkan posisi manajer dan segitiga restitusi dalam menghadapi permasalahan murid;
- Meminta izin kepada kepala sekolah untuk melakukan sosialisasi kepada warga sekolah mengenai disiplin positif;
- Melakukan sosialisasi kepada warga sekolah mengenai disiplin positif;
- Menerapkan keyakinan dan restitusi secara berkelanjutan dan konsisten.
E. DUKUNGAN YANG DIBUTUHKAN
- Kerjasama kepala sekolah, pendidik dan tenaga kependidikan untuk dapat bersama-sama berupaya konsisten dalam menerapkan budaya positif;
- Kerjasama dengan orang tua/walimurid untuk dapat menerapkan budaya positif di lingkungan rumah;
- Sarana dan prasarana dapat terpenuhi, yaitu ruangan sekolah untuk melaksanakan sosialisasi disiplin positif.